Fenomena resistensi kuman terhadap antibiotik yang kian mengkhawatirkan
kembali disuarakan para pakar kesehatan. Resep pengobatan tradisional
seperti teh dan madu dipersiapkan sebagai salah satu solusi alternatif
dalam mengatasi kuman yang semakin kebal terhadap obat-obatan.
Penggunaan
antibiotik yang tidak rasional dan berulang-ulang merupakan penyebab
terbesar suatu jenis bakteri menjadi resisten terhadap obat. Pakar
kedokteran menyebut fenomena yang mengkhawatirkan ini dengan istilah
“arms race”.
Ketidakmampuan suatu obat antiobiotik mengatasi
bakteri kini menjadi momok setelah ditemukannya antibiotik pada tahun
1940-an. Kehadiran antibiotik sempat menjadi solusi yang efektif dalam
mengobati penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Namun ketika bakteri
sudah menjadi resisten terhadapnya, dibutuhkan alternatif lain yang
dapat membuat pengobatan menjadi kembali efektif.
Oleh
karenanya, para ilmuwan kini sedang mengupayakan membuat suatu sulosi
alternatif ketika bakteri sudah menjadi resisten terhadap antibiotik.
Baillie saat ini mengetuai tim riset untuk mencari tahu apakah obat
kuno seperti teh dan madu dapat menjadi cara berikutnya sebagai obat
yang paling efektif mengobati penyakit.
Teh diketahui mengandung suatu senyawa yang dinamakan polifenol yang memiliki kemampuan membunuh mikroorganisme.
Tim
peneliti yang dipimpin Baillie telah menemukan, teh mampu untuk
mengobati penyakit yang disebabkan oleh Clostridium difficile, bakteri
yang bertanggung jawab untuk setidaknya 2.000 orang tewas dan lebih dari
24.000 kasus infeksi tahun lalu.
Prof.
David Livermore, dari Badan Perlindungan Kesehatan Inggris, bulan lalu
memberi peringatan, operasi besar dan penanganan kanker akan menjadi
lebih berbahaya lagi. Penggunaan antibiotik kemungkinan hanya akan bisa
dilakukan untuk 10 tahun ke depan.
Perkembangan dunia kedokteran
modern seperti perawatan intensif dan transplantasi organ akan berada di
bawah ancaman tanpa antiobiotik. Oleh karenanya, segera dibutuhkan
pengganti antibiotik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar