Tapi, sebuah riset terbaru yang
dilakukan oleh peneliti Institute of Health Aging di University College
London, Inggris, melahirkan teori baru, yang sungguh mengagetkan. Riset
itu menemukan bahwa sebenarnya proses kematian terjadi secara
perlahan-lahan. Dan, yang lebih mengejutkan, proses kematian bisa
ditunda.
Riset ini memang masih memakai cacing
sebagai obyek uji coba. Para peneliti melihat indikasi datangnya
kematian pada cacing melalui cahaya biru yang menjalar pada sel-sel di
tubuhnya.
Cairan berwarna biru itu dikenal sebagai
fluoresen, atau suatu zat yang telah menyerap sinar atau radiasi
elektromagnet lain. Fluoresensi banyak digunakan dalam bidang
mineralogi, gemologi, sensor kimia (spektroskopi fluoresensi), penandaan
fluoresen, pewarnaan, dan detektor biologi.
Para peneliti mengamati proses kematian
si cacing ternyata tidak terjadi di seluruh bagian tubuhnya secara
serentak, tapi perlahan-lahan. Sebagai akibat dari suatu penyakit,
sel-sel pada cacing mati satu per satu.
"Jalur kimia
penghancuran tubuh cacing yang menyebabkan sel-selnya mati. Itu dapat
kami lihat dari sinar fluoresen yang menyala di tubuh cacing,
"Gelombang kematian cacing dimulai dari
usus yang kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Semakin cahaya biru itu
menyebar ke seluruh tubuh cacing, maka cacing itu akan semakin mendekati
kematiannya,"
"Ketika cahaya fluoresen itu memudar,
maka itu menandakan cacing telah mati. Tapi, kami melihat memudarnya
cahaya terjadi secara perlahan-lahan,"
Temuan ini memunculkan teori baru bahwa
pemadaman cahaya fluoresen dapat diblokir terlebih dahulu untuk menunda
kematian, dengan menyelamatkan sel-sel yang masih dalam keadaan baik.
"Ini membuktikan bahwa usia tua
sebenarnya tidak mempengaruhi sel-sel yang ada di dalam tubuh. Tapi,
kematian sel adalah sebuah aktivitas paralel,"
Saat ini, tim sedang fokus mempelajari
peristiwa biologis yang terjadi pada proses penuaan makhluk hidup. "Kami
sedang memikirkan cara untuk mengganggu proses kimia yang menyebabkan
kematian, sehingga kematian bisa ditunda,"
Riset mengenai
kematian ini hanya berlaku untuk cacing--untuk sementara ini. Apakah hal
ini juga berlaku pada manusia?
Tdak menjamin. Tapi, setidaknya
temuan ini menjadi terobosan baru untuk menemukan indikasi ilmiah pada
proses kematian manusia. "Pada akhirnya, kita bisa menemukan strategi
untuk memperlambat proses penuaan dan mencegah kematian itu sendiri,"
Rekan peneliti
Coburn, serangan stroke, jantung, dan matinya sel disebabkan oleh
berhentinya aliran darah di dalam tubuh.
"Jika kita mengamati kematian cacing,
mungkin saja suatu hari nanti kita bisa memblokir kematian manusia
dengan memberi aliran darah baru," . "Kemungkinan ini yang
perlu dikembangkan."
Dari temuan riset ini, diharapkan muncul
obat baru yang dapat menghambat lajunya gelombang kematian. "Tapi,
untuk dapat mencegah proses kematian, jalannya masih sangat, sangat
jauh," Coburn menegaskan.
Berikut video penjelasan Coburn dan Gems tentang "cahaya biru kematian" itu:
Prediksi umur
Bicara tentang penuaan, serupa dengan
penelitian di atas, riset lain yang dilakukan sekumpulan peneliti King
College, Inggris, menemukan teknik baru dalam tes darah, yang bisa
memprediksi seberapa cepat seseorang akan bertambah tua.
Hasil penelitian ini seakan membuka jalan bagi pengembangan pengobatan penyakit yang berhubungan dengan penuaan seseorang.
Dilansir Telegraph, tim peneliti
berhasil mengidentifikasi penanda kimia yang dikenal sebagai metabolit
di dalam darah manusia, yang berhubungan erat dengan penuaan.
Hasil penelitian menunjukkan salah satu
dari 22 metabolit yang ditemukan di dalam darah manusia bisa menunjukkan
kondisi penuaan manusia.
Peneliti pun meyakini dengan teknik baru dalam tes darah ini manusia bisa megindetifikasi masalah penuaan, atau bahkan kematian.
Peneliti utama di
King College, 22 metabolit yang terkait dengan penuaan terdeteksi ada di
dalam darah. "Dengan begitu, di masa depan kita bisa memprediksi umur
dan penuaan seseorang dari sampel darahnya," kata Valdes. "Metabolit ini
sangat unik, berhubungan kuat dengan usia dan penyakit seseorang."
Dia menjelaskan, metabolit secara
spesifik juga berkaitan dengan fungsi paru-paru, kepadatan mineral pada
tulang, serta berat pada saat manusia lahir. "Itu bisa digunakan untuk
mengetahui usia seseorang,"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar