Dalam sebuah penelitian menunjukkan
hasil yang akurat mencapai 90 persen bahwa bau mulut mengindikasikan
adanya kanker lambung pada 130 penderita.
Penelitian tersebut menggunakan tes
napas dengan sebuah sensor nanomaterial untuk menganalisis zat kimia apa
saja yang dikeluarkan dari napas. Bila terdapat zat kimia unik yang
mengakibatkan bau mulut maka dapat diindikasikan adanya kanker lambung.
Metode ini terbilang paling sederhana namun hasilnya akurat. Sehingga kanker lambung dapat diketahui lebih dini.
Metode tes napas ini disebut juga discriminant factor analysis (DFA) pattern recognition
atau pengenalan pola analisis faktor diskriminan. Penggunaan sensor
yang mengandung nanomaterial mikroskopik bertujuan untuk mendeteksi ada
tidaknya partikel biomarker dari hembusan udara yang dikeluarkan dari
napas.
Pola zat kimia dari napas dapat
mendeteksi perbedaan bau napas yang disebabkan oleh makanan yang dimakan
sebelumnya ataupun dari konsumsi tembakau.
Penemuan ini dapat dijadikan alternatif
untuk mendiagnosis kanker lambung, menggantikan endoskopi yang notabene
membutuhkan biaya yang mahal dan waktu yang lama.
Biasanya kanker lambung terdeteksi saat
sudah pada stadium lanjut sehingga penderita terlambat mendapatkan
pengobatan. Banyak penderita yang tidak menyadari jika terkena kanker
lambung sebab gejalanya mirip dengan sakit pencernaan lainnya, seperti
mulas atau sekit perut.
Menurut direktur penelitian klinis di
Cancer Research, Kate Law, hanya satu dari lima penderita kanker lambung
yang melakukan pengobatan dengan operasi. Sisanya sudah terlambat
ditangani.
Deteksi dini kanker lambung dapat
memberikan harapan hidup yang lebih besar bagi penderitanya. Oleh karena
itu, jangan sepelekan setiap gejala yang muncul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar