EFEK merokok pada kesehatan sudah menjadi rahasia umum. Selain
menyebabkan masalah pada kesehatan jantung dan kanker, rokok juga bisa
menyebabkan impotensi pada pria. Sedangkan pada ibu hamil, merokok bisa
menyebabkan gangguan kehamilan dan janin. Menurut sebuah studi
neurobiologi, seksualitas pada janin dipengaruhi rokok yang dihisap
ibunya.
"Seksualitas janin dipengaruhi oleh gaya hidup yang dipimpin oleh
induknya," kata Prof Dick Swaab, seperti dilansir laman Daily Mail,
Minggu (16/2).�
Ilmuwan dari University of Amsterdam ini percaya bahwa heteroseksualitas
atau homoseksualitas seseorang ditentukan dalam kandungan. Menurutnya,
ibu hamil yang merokok dapat meningkatkan peluang anaknya menjadi
seorang homoseksual.
Selama beberapa dekade, asal-usul orientasi seksual menjadi perdebatan.
Ada yang berpendapat bahwa homoseksual adalah pilihan gaya hidup,
sementara yang lainnya berpendapat orientasi seksual dipengaruhi oleh
asuhan. Namun dalam buku 'We Are Our Brains', Prof Swaab tegas
menyatakan tidak ada bukti terkait pernyataan tersebut.
Sebaliknya, dokter yang merupakan ahli otak itu menunjukkan bahwa
merokok dan hormon sintetis dapat meningkatkan kemungkinan perempuan
menjadi lesbian atau biseksual. Sementara itu gaya hidup gemar menenggak
alkohol dan mengkonsumsi obat-obatan saat hamil berimbas pada turunnya
IQ anak.
Dalam bukunya yang dinilai kontroversial oleh beberapa pihak ini,
disebutkan bahwa perkembangan otak selama kehamilan diubah oleh adanya
perubahan kimia terkecil. Jika seorang perempuan melahirkan anak
laki-laki setelah sebelumnya memiliki anak laki-laki juga, maka
kemungkinan bayinya menjadi gay menjadi lebih besar.
"Paparan nikotin atau amfetamin sebelum melahirkan juga meningkatkan
kemungkinan peremouan menjadi lesbian," kata Prof. Swaab lebih lanjut.
Tidak hanya itu, perempuan hamil yang menderita stres juga lebih mungkin
untuk melahirkan anak homoseksual. Hal ini diakibatkan hormon stres
mempengaruhi produksi hormon seks pada janin.
"Semakin banyak saudara laki-laki yang dimiliki, maka peluang untuk
menjadi homoseksual menjadi lebih besar," pungkas Prof Swaab.�
Studi sebelumnya menemukan bahwa perempuan yang mengkonsumsi estrogen
sintetis antara tahun 1939 dan 1960 guna mengurangi risiko keguguran
memiliki peluang lebih besar untuk memiliki anak perempuan yang
biseksual atau lesbian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar