WELCOME TO ENDE FLORES KOTA RAHIMNYA PACASILAKOTA RAHIMNYA PACASILA

Jumat, 14 Maret 2014

Kalau Ingin Sembuh, Jangan Konsumsi Obat dengan Cara Seperti Ini

Salah satu cara untuk sembuh dari penyakit adalah dengan meminum obat. Namun perhatikan dosis dan aturan minumnya dengan benar. Jika tidak, bukannya sembuh, Anda bisa malah tambah sakit.

Dari sebuah studi yang digelar Lloyds Pharmacy pun terungkap 46 persen orang cenderung meminum obatnya dengan cara yang salah. Bahkan diperkirakan 10 persen orang harus dilarikan ke rumah sakit hanya karena tidak meminum obatnya secara rutin.

Lalu apa saja kesalahan dalam mengonsumsi obat? Simak paparannya seperti dikutip dari Daily Mail, Kamis(11/3/2014) berikut ini.

1. Digerus
Ini biasanya untuk obat yang diberikan kepada anak-anak agar mereka lebih mudah meminumnya. Tapi obat yang dikonsumsi dengan cara seperti ini bisa bermasalah jika obatnya bersifat delayed release. Karena obat semacam ini biasanya dilengkapi dengan semacam selaput yang akan larut perlahan agar kandungan obat yang ada di dalamnya dapat dilepaskan secara bertahap.

"Jika Anda menghancurkan selaput itu, maka dosis obat Anda tiba-tiba akan bertambah," terang seorang farmasis dari situs dearpharmacist.info, Sunil Kochhar.

Obat yang sering dikonsumsi dengan cara begini antara lain obat tekanan darah yang mengandung diltiazem HCL atau isosorbide mononitrate. Namun Sunil memperingatkan jika digerus obat ini akan langsung mengakibatkan penurunan tekanan darah sehingga orang yang meminumnya bisa langsung pingsan. Begitu juga dengan obat epilepsi.

2. Pakai obat berbentuk koyo
Selain berbentuk tablet atau kapsul, obat juga bisa berbentuk koyo, misal obat pereda nyeri, pengatur hormon atau obat mabuk perjalanan. Koyo punya kelebihan yaitu dapat diserap tubuh secara perlahan dan stabil.

"Tapi jika bagian tubuh di sekitar koyo memiliki suhu yang terlalu tinggi, pembuluh darah bisa melebar dan dosis obat yang masuk ke tubuh justru akan bertambah," papar Sunil.
Kebanyakan kasusnya adalah gatal di sekitar koyo karena lem pada koyo justru mengiritasi kulit yang hangat. Atau misalkan penggunaan koyo estrogen ketika berjemur akan mengakibatkan efek samping seperti hot flashes (rasa panas luar biasa yang terasa di sekujur tubuh).

3. Minum obat pereda nyeri sebelum olahraga
Pahamilah bahwa mengonsumsi obat pereda nyeri sebelum melaksanakan latihan fisik dapat menutupi rasa sakit sehingga meningkatkan risiko seseorang untuk cedera.

Bahkan sebuah riset dari Belanda menemukan ibuprofen yang diminum sebelum olahraga berat seperti lari cepat atau bersepeda dapat merusak lapisan perut. Dan ini ternyata hanyalah salah satu risiko dari konsumsi non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs).

Meski efek tersebut bisa reda hanya dalam beberapa jam, tapi selama itu terjadi tubuh berisiko tinggi terkena infeksi seperti keracunan makanan.

Selain NSAIDs, konsumsi beta blockers juga menghambat peningkatan tekanan darah secara normal yang biasanya terjadi ketika berolahraga. Antibiotik ciprofloxacin (obat untuk infeksi saluran kencing atau obat keracunan makanan) dapat melemahkan tendon otot, yang akan makin rusak jika orang yang meminumnya nekat melakukan olahraga berat seperti angkat beban.

Melakukan olahraga berat ketika tengah mengonsumsi statin juga meningkatkan risiko nyeri otot. Diduga obat-obatan tersebut mengganggu kinerja mitokondria atau sumber energi sel di dalam otot.

4. Terlalu banyak krim
Efek samping yang diperoleh dari obat berbentuk krim dan losion memang kecil, tapi jika keduanya mengandung bahan aktif maka overdosis masih bisa terjadi.

Bahkan pemakaian krim yang mengandung pereda nyeri topikal seperti methyl salicylate dapat menyebabkan kematian, apalagi jika dikombinasikan dengan obat pereda nyeri lainnya seperti pil atau koyo.

"Rutin mengoleskan krim steroid secara berlebihan juga dapat menyebabkan eczema. Begitu juga dengan krim estrogen dan progesterone. Jika digunakan melebihi dosisnya, kedua hormon tak hanya bertambah tapi juga memicu gejala seperti nyeri di payudara," papar Sunil.

5. Minum obat pereda nyeri saat flu
Sebuah studi mengatakan cara ini justru membuat gejalanya membandel dan bertahan lebih lama.
"Ibuprofen itu dapat menekan peradangan, tapi pada waktu yang bersamaan ini juga dapat mempengaruhi respons bagian tubuh lainnya terhadap infeksi tertentu," jelas Paul Little dari University of Southampton.
Jadi misalkan pada kasus penderita flu, hidung dan mata berair yang kerap diperlihatkan orang yang flu sebenarnya merupakan bentuk respons akibat peradangan yang terjadi dalam tubuh. Dan ini menunjukkan bahwa infeksinya akan segera sembuh. Tapi bila diberi obat pereda nyeri, maka gejala ini takkan segera muncul dan flunya makin memburuk.

6. Gunakan krim steroid untuk obati lecet di kulit
Dokter biasanya meresepkan krim steroid untuk mengurangi peradangan akibat ruam atau gigitan serangga. Tapi bila Anda menggaruk ruam tersebut lalu kulit Anda rusak, hentikan penggunaan krim di area tersebut. Karena steroid dapat menurunkan kekebalan, meski juga mengurangi tingkat peradangannya.

Menurut pakar, masalahnya steroid dibutuhkan untuk melawan bakteri atau virus yang menyerang. Akan tetapi jika kulitnya rusak, mengoleskan krim steroid hanya akan membuat lukanya justru makin rentan kena infeksi.

7. Konsumsi paracetamol ekstra
Dosis paracetamol yang terbanyak dan dapat dikonsumsi dalam kurun 24 jam adalah sebesar 4 gram. Rata-rata berasal dari 8 tablet (masing-masing berisi 500 mg) yang hanya boleh dikonsumsi tak lebih dari dua tablet sekali minum.

Bila lebih dari itu maka orang yang melakukannya akan berisiko mengalami kerusakan hati karena paracetamol bisa menumpuk di dalam liver.

Dari analisis yang dilakukan peneliti University of Edinburgh terhadap 161 pasien yang mengalami overdosis paracetamol menemukan beberapa di antara mereka mengonsumsi 2-3 pil lebih banyak dari yang dosis maksimal untuk mengobati gangguan seperti sakit gigi atau nyeri punggung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar