ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY “D” Dengan KISTA OVARI SYNISTRA
Di POLI OBSGYN RSUD Dr.R.KOESMA TUBAN
Tanggal 26 September – 08 Oktober 2011
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
PRODI D-III KEBIDANAN
Jl.
P. Diponegoro No. 17
Telp. (0356) 321287 Tuban
2011
|
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Kebidanan pada Ny “D” dengan Kista Ovari Synistra telah disetujui
dan disahkan oleh Pembimbing Praktek dan Pembimbing Akademik pada tanggal Oktober
2011.
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan
STIKES
NU Tuban RSUD
Dr.R.Koesma Tuban
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kista Ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung
telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput
yang berbentuk dari lapisan terluar dari ovarium (Replubika Online, Zubairi
Djoerban).
Saat ini jumlah perempuan yang terkena kista semakin meningkat dari hari
ke hari, sebenarnya peningkatan jumlah perempuan terkena kista saat ini lebih
dikarenakan meningkatnya pengetahuan serta kesadaran mereka untuk memeriksakan
diri. Sekitar 50-65 % perempuan di Indonesia ini mengidap penyakit kista
ovarium.
Pada dasarnya semua perempuan mempunyai kista, tetapi umumnya bersifat
fisiologis lazim terjadi dan itu normal-normal saja, kista fisiologis tidak
perlu penanganan yang serius. Sehingga penyakit ini di Indonesia belum diketahui dengan pasti karena pencatatan dan pelaporan penyakit
kista kurang baik. Tetapi bila kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga
kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan
penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi. Angka kematian
merupakan penyebab kematian yang tinggi karena penyakit ini pada awalnya
bersifat tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis,
sehingga 60-70 % pasien sudah stadium lanjut.
Untuk menghindari ke komplikasi yang lanjut. Sebaiknya dilakukan skrining
dini yaitu wanita bila merasakan ada kelainan pada tubuhnya segera memeriksakan
diri ke petugas kesehatan. Sebagai langkah awal penatalaksanaan yaitu dengan
memeriksa USG. Dengan USG dapat dilihat besarnya kista, bentuk kista, isi dari
kista dan lain sebagainya.
1.2
Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu, mengerti, memahami dan dapat melaksanakan
asuhan kebidanan pada Ny “D” dengan kista ovari synistra.
1.2.2
Tujuan
Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu :
-
Melakukan pengkajian data secara subjektif dan obyektif
pada Ny “D” dengan kista ovari synistra.
-
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa kebidanan pada
Ny “D” dengan kista ovari synistra.
-
Mengantisipasi masalah potensial pada Ny “D” dengan
kista ovari synistra.
-
Mengindetifikasi kebutuhan tindakan segera pada Ny “D” dengan
kista ovari synistra.
-
Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh pada Ny “D” dengan
kista ovari synistra.
-
Melaksanakan rencana asuhan secara menyeluruh pada Ny “D”
dengan kista ovari synistra.
-
Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan pada Ny “D” dengan
kista ovari synistra.
1.3
Ruang
Lingkup
Dalam mengingat keterbatasan waktu yang disediakan dan juga keterbatasan
pengetahuan dari penulis, maka asuhan ini hanya pada Ny “D” dengan kista ovari synistra
di Poli Obsgyn RSUD Dr.R KOESMA TUBAN.
1.4
Metode
Penulisan
1.4.1
Praktek
Lapangan
Metode yang digunakan berdasarkan studi kasus yang ditemukan pada praktek
di lapangan
1.4.2
Teknik
Pengumpulan Data
a.
Wawancara adalah pembicaraan langsung dengan pasien dan
keluarga untuk mendapatkan data secara langsung serta menggali masalah yang
sedang dihadapi
b.
Observasi adalah suatu pengamatan dan pencatatan yang
dilakukan secara sistematis terhadap subyek masalah yang dihadapi
c.
Pemeriksaan yaitu pemeriksaan fisik secara langsung
terhadap klien
d.
Mempelajari dokumen pasien
Sumber Data :
Data primer adalah data yang diperoleh oleh keluarga, petugas kesehatan,
dokumentasi medis dan hasil pemeriksaan penunjang.
1.4.3
Tinjauan
Pustaka
Yaitu mempelajari buku-buku sumber yang berhubungan dengan judul asuhan
kebidanan ini dan masalah yang dibahas
1.5
Pelaksanaan
Praktek lapangan ini dilaksanakan di Poli Obsgyn RSUD Dr.R KOESMA Tuban pada
tanggal 26 September – 08 Oktober 2011.
1.6
Sistematika
Penulisan
Bab
1 : Pendahuluan
Membahas tentang latar belakang, tujuan, ruang
lingkup, metode penulisan, pelaksanaan dan sistematika penulisan.
Bab
2 : Tinjauan
Pustaka
Membahas tentang konsep dasar teori dan
manajemen asuhan kebidanan.
Bab
3 : Tinjauan
Kasus
Terdiri dari sistematika penulisan manajemen
kebidanan 7 langkah menurut varney yaitu pengkajian data, identifikasi diagnosa
masalah, antisipasi diagnosa atau masalah potensial, identifikasi kebutuhan
segera, intervensi, implementasi dan evaluasi dari pelaksanaan asuhan kebidanan.
Bab
4 : Penutup
Terdiri dari kesimpulan dan saran.
Daftar Pustaka
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1
Konsep Dasar
Kista Ovarium
2.1.1
Definisi
Kista Ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang
terjadi pada indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus
oleh semacam selaput yang berbentuk dari lapisan terluar dari ovarium
(Republika Online, Zubain Djaerban)
Kista Ovarium adalah suatu kantong abnormal berisi
cairan atau setengah cairan yang tumbuh dalam indung telur (ovarium) (http://harrymenulis,blogsport. com,hariyanowinarto)
Kista Ovarium adalah suatu tumor yang terbungkus
selaput semacam jaringan yang terpisah dengan jaringan normal disekitarnya dan
tidak dapat menyebar ke bagian tubuh lain. (Media Indonesia Online)
2.1.2
Etiologi
Penyebab Kista Ovarium secara pasti masih belum
diketahui. Tetapi ada penyebab yang mendorong tumbuhnya kista antara lain :
1.
Gaya hidup yang tidak sehat seperti makanan tinggi
lemak, konsumsi makanan mengandung : zat-zat sintetik, merokok,
2.
Polusi udara,
3.
Stres,
4.
Virus,
5.
Faktor genetik
6.
Gagalnya sel telur berovulasi.
2.1.3
Faktor
Risiko
Faktor risiko wanita akan mengalami kista ovarium
bahkan terjadi kanker ovarium antara lain :
1.
Wanita yang haid pertama lebih awal dan menopause lebih
lambat
2.
Wanita yang tidak pernah atau sulit hamil
3.
Wanita dengan riwayat keluarga menderita kanker ovarium
4.
Wanita penderita kanker payudara dan kolon
5.
Wanita ber KB oral yang berfungsi menekan terjadinya
ovulasi
2.1.4
Gejala Kista
Ovarium
1.
Gangguan haid
2.
Rasa nyeri pada perut bagian bawah dan panggul
3.
Rasa sakit berhubungan seksual
4.
Perdarahan rahim yang abnormal
5.
Gangguan buang air besar (konstipasi) dan buang air
kecil (sering BAK)
2.1.5
Diagnosa
Sebagian besar dari kanker ovarium bermula dari suatu
kista maka apabila seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah kista tersebut bersifat jinak
atau ganas (kanker ovarium) kista menjadi ganas biasanya dalam keadaan :
1.
Kista cepat membesar
2.
Kista pada usia remaja atau pasca menopause
3.
Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan
4.
Kista dengan bagian padat
5.
Tumor pada ovarium
Bila ditemukan sifat kista seperti tersebut diatas
maka upaya yang dilakukan dengan pemeriksaan secara berkala yang meliputi :
1.
Pemeriksaan klinis ginekologik untuk mendeteksi adanya
kista atau pembesaran ovarium lainnya
2.
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) bila perlu dengan alat
Doppler untuk mendeteksi aliran darah
3.
Pemeriksaan pertanda tumor (tumor marker)
4.
Pemeriksaan CT-Scan/ MRI bila dianggap perlu
2.1.6
Jenis-jenis
Kista Ovarium
a.
Kista Nonneoplastik
1.
Kista Folikel
Kista berasal dari Folikel De Graaf yang tidak sampai berovulasi, namun
tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang
setelah bertumbuh dibawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia,
melainkan membesar menjadi kista. Bagian dalam dinding kista yang tipis terdiri
atas beberapa lapisan sel granulosa, akan tetapi karena tekanan didalam kista, terjadi
artrofi pada lapisan ini, cairan dalam kista jernih dan sering mengandung
estrogen. Oleh karena itu kadang-kadang dapat menyebabkan gangguan haid. Kista
folikel lambat laun mengecil dan dapat menghilang spontan. Umumnya diameter
kista tidak lebih dari 5 cm.
2.
Kista Korpus Luteum
Korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus albican kista
terbentuk karena terjadi perdarahan didalamnya. Kista ini berisi cairan yang berwarna merah coklat.
Dinding kista terdiri atas lapisan kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang
berasal dari sel-sel teka. Gejalanya kista korpus luteum antara lain gangguan
haid (Amenorhea) diikuti perdarahan tidak teratur, rasa berat dibagian perut
bawah.
3.
Kista Teka Lutein
Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma dan kadang-kadang tanpa adanya
kelainan tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi kistik. Kista biasanya
bilateral dan bisa menjadi sebesar tinju. Tumbuhnya kista ini ialah akibat
pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan dan dengan hilangnya mola
atau koriokarsinoma ovarium mengecil spontan.
4.
Kista Inklusi Germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari
epitel germinativum pada permukaan ovarium, diameter kista jarang melebihi
diameter 1 cm. Kista terletak dibawah permukaan ovarium, dindingnya terdiri
atas satu lapisan epitel kubik atau torak rendah, dan isinya cairan jernih dan
serus.
5.
Kista Stein-Lavental
Kista Stein Lavental disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal
umumnya pada penderita terdapat gangguan ovulasi, oleh karena endometrium hanya
dipengaruhi oleh estrogen, hiperplasma endometri sering ditemukan
b.
Kista Neoplastik
1.
Kistoma Ovarii Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, bertangkai, bilateral dan
dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan didalam kista jernih, serus
dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Terapi
terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium akan tetapi jaringan
yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik untuk mengetahui
apakah ada keganasan.
2.
Kistadenoma Ovarii Musinosum
Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai kadang-kadang dapat terjadi
torsi yang menggambarkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan
perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif yang memudahkan timbulnya
perlekatan kista dengan omentum, usus-usus dan peritoneum pariatele. Dinding
kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan, pada pembukaan terdapat cairan
lendir yang khas, kental seperti gelatih, melekat dan berwarna kuning sampai
coklat tergantung pencampurannya dengan darah
Dinding kista dilapisi oleh epitel torak tinggi dengan inti pada dasar
sel. Terdapat diantaranya sel-sel yang membundar
karena terisi lendir (globet cells). Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu
lapisan mempunyai potensi untuk tumbuh seperti struktur kelenjar.
Kelenjar-kelenjar tersebut menjadi kista-kista baru yang menyebabkan kista
menjadi multikoler.
Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor, bila cukup besar biasanya
dilakukan pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingo-ooforektomi) tidak dipungsi
dahulu untuk mencegah timbulnya psedomiksoma
peritonei karena tercemanya isi kista.
Setelah kista diangkat dilakukan pemeriksaan histologik ditempat-tempat yang
dicurigai keganasan dan tidak lupa ovarium yang lain diperiksa pula.
3.
Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista berbentuk multikoler meski lazimnya berongga satu. Warna kista putih
keabu-abuan ciri khas kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler kedalam rongga
kista sebesar 50% dan keluar pada permukaan kista sebesar 5% isi kista cair,
kuning dan kadang-kadang coklat karena campur darah. Tetapi pada umumnya sama
seperti pada kistadenoma musinosum dan bila perlu diperiksa sediaan yang
dibekukan (frozen section) pada saat operasi untuk menentukan tindakan
selanjutnya pada waktu operasi
4.
Kista Endometroid
Kista biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada dinding dalam
terdapat satu lapisan sel-sel yang menyerupai lapisan endometrium
5.
Kista Dermoid
Kista dermoid ialah satu teratoma kistik yang jinak dimana
struktur-struktur ektodermoidnya dengan diferensiasi sempurna seperti epitel
kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebesar berwarna putih kuning
menyerupai lemak tampak lebih menonjol dari pada elemen-elemen entoderm dan
mesoderm. Dinding kista berwarna putih keabu-abuan dan agak tipis.
Elemen-elem ektodermal, mesodermal dan entrodermal, dapat ditemukan
kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi (ekstodermal), tulang rawan, serat otot,
jaringan ikat (mesodermal) dan mukora traktus gastrointestinalis, epitel
saluran pernafasan dan jaringan tiroid (entodermal) terapi pada kista dermoid
terdiri atas pengangkatan biasanya dengan seluruh ovarium.
2.1.7
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan USG sangat berperan dalam menentukan
langkah penatalaksanaan kista ovarium. Dengan USG dapat dilihat besarnya kista,
bentuk kista, isi dari kista dan lain sebagainya. Bila dilakukan pengangkatan
kista dengan cara operasi kemudian tumor, jaringan atau bagian yang diambil
atau diangkat, selalu diperiksa dilaboratorium patologi anatomi. Pemeriksaan
dilakukan untuk mengetahui golongan tumor tersebut jinak atau ganas dan
berperan dalam menentukan stadiumnya yang berguna untuk menentukan terapi
selanjutnya.
Dilakukan juga pemeriksaan petanda tumor (tumor
markers) biasanya pemeriksaan merupakan pemeriksaan darah untuk mengetahui
misalnya kadar tumor marker CA 125 (yang merupakan pemeriksaan rutin untuk
memperkirakan derajat keganasannya). Lalu juga merupakan pemeriksaan untuk follow up efek terapi pada kista ovarium.
Bila perlu pemeriksaan CT-Scan/ MRS.
2.1.8
Penanganan
Kista dengan diameter dari 5 cm kemungkinan besar
kista tersebut adalah kista nonneoplastik (kista folikel atau kista korpus
luteum). Tidak jarang kista-kista tersebut mengalami pengecilan secara spontan
dan menghilang. Sikap yang hendak diambil menunggu 2 sampai 3 bulan untuk
dilakukan pemeriksaan ginekologik berulang. Bila terjadi peningkatan dalam
pertumbuhan kista tersebut, kemungkinan besar kista bersifat neoplastik dan
dapat dipertimbangkan satu pengobatan operatif. Tindakan operasi pada kista
ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan kista dengan mengadakan
reseksi pada bagian ovarium yang mengandung kista.
Kista dengan diameter lebih dari 5 cm atau ada
komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan ovarium biasanya disertai dengan
pengangkatan tuba (salpingo-ooforektomi). Pada saat operasi kedua ovarium harus
di periksa untuk mengetahui apakah kista ditemukan pada satu atau pada dua
ovarium. Pada operasi kista ovarium yang diangkat harus segera dibuka, untuk
mengetahui apakah ada keganasan atau tidak. Jika keadaan meragukan, perlu pada
waktu operasi dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen section)
oleh seorang ahli patologi anatomik untuk mendapat kepastian pakah kista ganas
atau tidak.
Jika terdapat keganasan, operasi yang tepat ialah
histerektomi dan salpingo-ooforektomibilateral. Akan tetapi, pada wanita muda
yang masih ingin mendapat keturunan dan dengan tingkat keganasan kista yang
rendah dapat dipertanggung jawabkan untuk mengambil risiko dengan melakukan
operasi yang tidak seberapa radikal.
Tindakan bedah (operasi) yang dilakukan dapat
bervariasi mulai dari ooforektomi uniteral (dextra atau sinistra) saja sampai
pada tindakan histerektomi totalis, salpingo-ooforektomi bilateral dan
omentektomi. Beberapa pertimbangan untuk melakukan pembedahan konservatif pada
kista ganas ovarium antara lain :
1.
Usia muda dan fungsi reproduksi masih diperlukan
2.
Stadium 14 tidak ada asites, tidak ada pelekatan, tidak
pecah, unilateral, tidak ada pertumbuhan papiler pada permukaan kista
3.
Penilaian patologi yang memadai/ adekuat
Bila fungsi reproduksi telah terpenuhi/ terlampaui,
dianjurkan untuk dilanjutkan dengan histerektomi dan mengangkat sisa ovarium
pada kasus-kasus yang telah dilakukan pembedahan konservatif.
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Menurut Helen
Varney
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan-penemuan ketrampilan rangkaian tahapan logis untuk pengambilan
keputusan yang berfokus pada pasien (Varney, 1997)
Proses manajemen asuhan kebidanan menurut varney terdiri dari 7 langkah
dimana setiap langkah ini disempurnakan secara periodik, ketujuh langkah
manajemen kebutuhan varney adalah sebagai berikut :
2.2.1
Pengkajian
Adalah pengumpulan data yang lengkap untuk
mengevaluasi pasien dan data ini mencakup biodata pasien, riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas yang lalu. Riwayat penyakit diderita, riwayat ginekologi,
riwayat penyakit keluarga, riwayat sosial budaya.
A.
Data Subyektif
1.
Identitas
Data diambil dari pasien yang didapat dari anamnesa antara petugas
kesehatan dengan pasien antara lain :
a.
Nama : Untuk identifikasi pasien
b.
Umur : Untuk menentukan faktor risiko usia > 35 tahun
c.
Suku/ Bangsa : Untuk mengetahui pola kehidupan pasien
d.
Agama : Dilanjutkan agar bila dalam keadaan darurat
segera dapat diketahui
e.
Pendidikan : Berkenaan dengan motivasi yang diberikan
petugas dapat diterima dengan sesuai tingkat pengetahuannya
f.
Pekerjaan : Untuk mengetahui bagaimana kehidupan sosial
dan ekonominya
g.
Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal pasien,
menjaga kemungkinan bila ada pasien yang namanya sama
2.
Keluhan Utama
Untuk mengetahui apa yang dirasakan pasien sehingga dapat menentukan
diagnosa yang sesuai kebutuhan dan masalahnya
§ Gangguan Haid
§
Rasa nyeri pada perut bagian bawah dan panggul
§
Rasa sakit berhubungan seksual
§
Perdarahan rahim yang abnormal
§
Gangguan buang air besar (konstipasi) dan buang
air kecil (sering BAK)
3.
Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui faal sistem reproduksi (gangguan haid, disminorhoe)
4.
Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
Untuk mengetahui suami keberapa, umur kehamilan, jenis persalinan
penolong, adakah kelainan, berat badan anak, jenis kelamin lama meneteki dan KB
5.
Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita
Apakah pasien pernah menderita penyakit menular, menahun atau menurun
6.
Riwayat Ginekologi
Apakah pasien pernah atau menderita penyakit kandungan tumor, kista,
kanker sebelumnya
7.
Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah keluarga mempunyai penyakit menurun, menahun dan menular, kista,
tumor dan kanker
8.
Riwayat Sosial Budaya
Adakah kebiasaan keluarga yang merokok, berganti-ganti pasangan,
kebiasaan hidup
B.
Data Obyektif
Data ini diambil dari hasil pemeriksaan fisik beserta pemeriksaan
diagnostik dan pendukung lain juga catatan medik lain, data objektif meliputi :
1.
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : untuk
menilai kesadaran kesehatan secara menyeluruh
TTV : apakah
TTV dalam keadaan normal
2.
Pemeriksaan Fisik
Meliputi inspeksi(terlihat
benjolan),palpasi(Teraba
massa), perkusi dan auskultasi dari ujung rambut sampai ujung kaki
3.
Pemeriksaan Penunjang
Mengetahui pemeriksaan laboratorium, radiology, konsultasi dari dokter
spesialis atau lain sebagainya.
2.2.2
Interprestasi
Data
Yaitu menentukan diagnosa/ masalah yang ditemukan dari
hasil pengkajian data dan kemudian mengidentifikasi kebutuhan pasien.
2.2.3
Identifikasi
Diagnosa dan Masalah Potensial
Langkah ini berdasarkan diagnosa atau masalah yang
sudah teridentifikasi yaitu merupakan kegiatan antisipasi pencegah jika
memungkinkan menunggu, waspada dan persiapan untuk segala sesuatu yang dapat
terjadi.
2.2.4
Identifikasi
Kebutuhan Segera
Langkah ini menggambarkan proses manajemen yang tidak
hanya pada pemberian pelayanan dasar pada kunjungan antenatal secara periodik.
Data baru tetap diperoleh dari evaluasi beberapa data memberi indikasi adanya
situasi emergensi, dimana bidan harus bertindak segera disamping menunggu
tindakan dokter.
2.2.5
Intervensi
Berisi tenaga asuhan yang telah diberikan kepada
pasien sesuai diagnosa/ masalah awal yang ada sesuai dengan protap yang ada.
2.2.6
Implementasi
Berisi tentang asuhan yang telah diberikan kepada
pasien berdasarkan rencana yang telah disusun sebelumnya untuk menangani
masalah/ diagnosa yang telah terindentifikasi.
2.2.7
Evaluasi
Langkah akhir untuk menilai dari awal hingga akhir
kepada pasien apakah sudah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan pasien atau belum.
Mencakup
S (data subyektif) : Data
yang diambil dari anamnesa/ wawancara dengan pasien atau keluarga
O (data obyektif) : Data
yang diambil dari pemeriksaan fisik
A (assesment) : Diagnosa
yang diambil dari data subyektif dan obyektif
P (planning) : Rencana
kedepan/ selanjutnya yang akan kita berikan untuk pasien sesuai kebutuhan atau
masalahnya
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Tanggal : 27 September 2011 Jam : 10.00
WIB Oleh : Riea Endarma
A.
Data Subyektif
1.
Identitas
Nama : Ny “D” Nama
Suami : Tn
“G”
Umur : 27 tahun Umur : 27
tahun
Suku/ Bangsa : Jawa/
Indonesia Suku/ Bangsa : Jawa/
Indonesia
Agama : Islam
Agama : Islam
Pendidikan : D3 Pendidikan
: S1
Pekerjaan : PNS Pekerjaan : PNS
No. Register : - Alamat : Sukolilo
2.
Keluhan Utama
Ibu mengatakan merasakan nyeri perut sebelah kiri bawah sejak ± 3 hari
yang lalu, disertai amenorhea 1,5 bulan, keputihan berwarna keruh dan agak
berbau.
3.
Riwayat Menstruasi
Siklus haid : ± 35 hari menarche : ±
14 tahun
Lama haid : ± 10 hari dismenorhea : jarang
Warna : merah HPHT : 1,5
bulan yang lalu
Bau : anyir
Fluor Albus : ya (sebelum dan
sesudah menstruasi)
4.
Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu
No
|
Suami
|
UK
|
Penol
|
Penyul
|
BB/PB
|
Seks
|
H/M
|
Menyusui
|
KB
|
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5.
Riwayat penyakit yang pernah diderita
Ibu mengatakan tidak pernah atau menderita penyakit menahun, menurun dan
menular seperti hipertensi, jantung, TBC, paru-paru dan penyakit kelamin.
6.
Riwayat Ginekologi
Ibu mengatakan mengetahui dirinya mempunyai penyakit kista pada saat
melakukan USG.
7.
Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit kista maupun
penyakit yang lainnya.
8.
Riwayat Sosial Budaya
Ibu mengatakan tidak ada masalah dengan keluarga bahkan sangat mendukung ibu untuk dilakukan operasi.
B.
Data Obyektif
1.
Pemeriksaan umum
o Keadaan
umum : Baik
o Kesadaran
: Composmentis
o TD/N/S/RR : 120/80
mmHg, 80x/mnt, 36,50C,
20x/mnt
2.
Pemeriksaan fisik
a.
Kepala/ rambut : rambut bersih, hitam, tidak rontok
b.
Muka : tidak pucat, tidak ada flek-flek hitam
c.
Mata : conjungtiva tidak pucat, sclera putih
d.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jogularis
e.
Dada : simetris
f.
Payudara : simetris, tidak
ada benjolan abnormal
g.
Abdomen : teraba benjolan keras bagian sinistra, setinggi pusat
h.
Genetalia : fluxus sudah tidak aktif
3.
Pemeriksaan dalam / ginekologis
Pemeriksaan penunjang :
§ Hasil laboratorium
Hb : - gr%
§
Hasil USG (tanggal : 27 September 2011)
Hepar :
besar normal, intensitas acho parencym tidak meningkat, tepi tajam, permukaan
rata, tidak tampak nodule / kista.
Kandung Empedu : pancreas dan lien dalam normsl
Kedua Ginjal : besar normal,
intensitas echo cortex tidak meningkat, batas cortex dan sinus tajam, tidak
tampak batu / kista.
Buli-buli : besar normal, batu (-)
Uterus : tidak membesar, massa (-), tampak masa multi
cystic supra pubic diluar buli dan uterus, ukuran ±80mm, cairan bebas (-)
Kesimpulan :
Cystoma Ovari Synistra
3.2 Interprestasi Data
Dx :
Kista Ovarium
Ds :
Ibu mengatakan merasakan nyeri perut sebelah kiri bawah sejak ± 3 hari yang
lalu, disertai amenorhea 1,5 bulan, keputihan berwarna keruh dan agak berbau.
Do :
-
Tidak ada keluaran pervaginam
-
Terdapat benjolan keras dan pasien mengeluh nyeri tekan.
-
Pemeriksaan Penunjang
Hasil USG (tanggal : 27 September 2011)
Uterus : tidak membesar, massa (-), tampak masa multi
cystic supra pubic diluar buli dan uterus, ukuran ±80mm, cairan bebas (-)
Kesimpulan : Cystoma Ovari Synistra
3.3 Diagnosa / Masalah Potensial
Kista Torsi
3.4 Kebutuhan Tindakan Segera
Kolaborasi dengan Dokter
Obsgyn dalam pemberian therapy :
-
Pro Laparotomi
3.5 Intervensi
Tanggal : 27 September 2011 Jam
: 10.20 WIB
Diagnose : Kista
Ovari
Tujuan : setelah diberikan asuhan kebidanan selama ±20 menit diharapkan
pasien kooperatif dengan tindakan atau pemberian terapi yang diberikan oleh
dokter atau bidan.
Kriteria : - Pasien mengerti dan memahami penjelasan dari
petugas kesehatan
-
Pasien dapat mengambil keputusan yang tepat setelah
diberikan penjelasan oleh petugas kesehatan
-
Pasien tidak cemas
-
Pasien siap untuk dilakukan tindakan medik
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
2
3
4
|
Jalin
komunikasi terapeutik dengan pasien
Jelaskan hasil
pemeriksaan
Berikan
informed consent
Kolaborasi
dengan dokter Spesialis Obsgyn
|
-
Px lebih kooperatif
-
Px mengetahui kondisinya
-
Persetujuan tindakan medic
-
Melakukan tindakan selanjutnya
|
3.6 Implementasi
Tanggal
|
Implementasi
|
27
September 2011
10.35
|
1.
Menjalin komunikasi terapeutik dengan pasien agar
lebih kooperatif dengan petugas kesehatan
2.
Menjelaskan tentang hasil pemeriksaan
-
KU : baik
-
TD/N/S/Rr :
120/80mmhg/80x/m/36,5°C/20x/m
-
Memberitahu ibu bahwa terdapat kista dikandungan ibu dari
hasil USG tampak adanya kista ovarium.
-
Menjelaskan pada ibu bahwa penyakit kista tersebut
dianjurkan untuk dilakukan pengangkatan kista melalui tindakan operasi dengan
tujuan agar tidak mengalami komplikasi lebih lanjut.
-
Menjelaskan bahwa kista ovarium adalah suatu kumpulan
cairan yang dibungkus kantong didalam organ reproduksi wanita
-
Memberi dukungan dan membantu mengurangi kecemasan
ibu
3.
Kolaborasi
dengan dokter Obsgyn untuk dilakukan tindakan selanjutnya :
- asam mefenamat (bila nyeri)
-
Pro Laparotomi
4. Melakukan
informed consent atas tindakan medik dari ibu untuk siap dilakukan operasi dari
suami/keluarga.
|
3.7 Evaluasi
Tanggal : 27 September 2011 Jam : 10.45 WIB
S : Ibu mengatakan sudah
paham dan mengerti tentang penjelasan petugas kesehatan
O : Ibu dapat mengulangi penjelasan petugas kesehatan dan bersedia
dilakukan operasi
A : Ny. “D” dengan Kista Ovarium
P :
-
Kolaborasi dengan Dokter Spesialis Obsgyn
-
Pro Laparotomi
-
Pemeriksaan USG ulang
-
Pemeriksaan thorax
-
Pemeriksaan laboratorium
-
Terapi oral :
Asam Mefenamat 3x1 (bila nyeri)
-
Follow up 1 bulan lagi/ jika ada keluhan
BAB 4
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Kista ovarium adalah suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung
telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput
yang berbentuk dari lapisan terluar dari ovarium (Replubika Online, Zubair
Djoerban). Penyebab kista ovarium belum diketahui secara pasti. Untuk
memastikan adanya kista pada organ reproduksi dapat dilakukan pemeriksaan
meliputi.
1.
Pemeriksaan kllinis ginerkologik
2.
Pemeriksaan ultrasonografi
3.
Pemeriksaan pertanda tumor (tumor marker)
4.
Pemeriksaan CT-Scan/ MRI bila dianggap perlu
Penanganan kista ovarium bila diameter kurang dari scan hanya dilakukan
menunggu 2 sampai 3 bulan untuk pemeriksaan ginekologik berulang. Bila kista
dengan diameter lebih dari 5 cm atau ada komplikasi perlu dilakukan
pengangkatan ovarium bisanya diserta dengan pengangkatan tuba (salpingo
ooforektomi). Jika terdapat keganasan operasi yang tepat adalah histerektomi
dan salpingo ooforektomi bilateral.
4.2
Saran
4.2.1
Bagi
Mahasiswa
Diharapkan dengan pembuatan Asuhan Kebidanan ini bias
meningkatan pengetahuan dan juga menambah pengalaman bagi mahasiswa
4.2.2
Bagi Lahan
Praktek
Diharapkan dengan dibuatnya Asuhan Kebidanan ini agar
mutu pelayanan dapat lebih maju maka perlu kiranya memfungsikan sarana dan
prasarana yang tersedia di tempat pelayanan
4.2.3
Bagi Pendidikan
Diharapkan pengadaan buku-buku protap agar lebih mudah
dan menambah litratur di perpustakaan.
DAFTAR PUSTAKA
·
Achadiat, crhisdiono. 1996. Tumor-tumor
Ovarium Bordeline. Klaten : Cermin Dunia Kedokteran.
·
Djoerban, Zubairi. 2008. Kista Ovarium. Jakarta
: Republika Online.
·
Hartini. 2008. Kista, Tumor, dan Kanker
Ovarium Berhubungan Erat dengan Tingkat Kesuburan yang Rendah. www.kista
ovarium.com.
·
Nasdaly. 2008. Jenis-jenis Kista Ovarium.
Jakarta : Staf Medic Fungsional
·
Prawiroharjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
·
Varney, Hellen. 2001. Buku Saku Bidan.
Jakarta : EGC.
·
Winarto, Hariyono. 2008. Bagaimana Mengetahui
Kista Ovarium Jinak atau Ganas. Jakarta. htpp:///harymenulis.blogspot.com./
·
Mochtar Rustam. 1998. Sinopsi Obstetri Jilid
1
·
Sastrawinata Sulaeman.1984. Obstetri Patologi
·
Wiknjosastro Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan
thanks gan maklahnya...
BalasHapus