WELCOME TO ENDE FLORES KOTA RAHIMNYA PACASILAKOTA RAHIMNYA PACASILA

Selasa, 25 Februari 2014

STUDI TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK DI RUANG JIWA RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA


BAB  1
PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan jiwa adalah dengan melakukan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK). TAK merupakan salah satu terapi modalitas yang diberikan untuk klien gangguan jiwa. TAK sangat efektif mengubah perilaku karena di dalam kelompok terjadi interaksi satu dengan yang lain, saling pengaruh mempengaruhi, saling tergantung, dan terjalin satu persetujuan kelompok yang diakui bersama dan akan terbentuk suatu sistem yang khas yang selain terjadi interaksi, juga interelasi, interdependensi, dan saling membagi tujuan dan norma yang sama (Stuart & Laraia 2001). Berdasarkan dari hasil pengamatan peneliti selama dinas di Ruangan Jiwa Rumkital Dr. Ramelan Surabaya, pada kenyataannya TAK masih jarang dilaksanakan. Hal ini terjadi karena tidak semua perawat mempunyai pengetahuan yang baik tentang TAK.
Jumlah total perawat di Ruang Jiwa Rumkital Dr. Ramelan Surabaya adalah 30 orang, yang terdiri dari 15 orang lulusan D III Akper, 13 orang lulusan SPK dan 2 orang lulusan SPR. Berdasarkan dari studi pendahuluan pengetahuan perawat tentang Terapi Aktivitas Kelompok dari 10 orang perawat yang diambil secara acak didapatkan hasil 3 perawat mempunyai pengetahuan baik, 4 perawat mempunyai pengetahuan cukup, dan 3 perawat mempunyai pengetahuan kurang.
Kurangnya pengetahuan perawat tentang TAK dapat dipengaruhi antara lain pendidikan, pengalaman dan informasi. Dengan kurangnya pengetahuan perawat tentang TAK maka akan berdampak pada tidak terlaksananya TAK itu sendiri. Karena perawat tidak bisa menjadi terapis. Kalaupun TAK tetap dilaksanakan maka hasilnya tidak seoptimal mungkin atau tidak sesuai dengan tujuan sehingga perawat tidak mampu meningkatkan mutu pelayanan keparawatan jiwa yang diberikan oleh Rumah Sakit. Tidak adanya intervensi TAK yang tepat dalam merawat klien gangguan jiwa dapat menimbulkan masalah-masalah lain yang lebih serius misal pada klien dengan menarik diri merasa tidak diperhatikan dan akhirnya mengalami depresi berat akan mengakibatkan klien murung, tidak bersemangat, merasa tidak berharga. Pada klien dengan halusinasi klien tidak bisa mengontrol halusinasi sehingga membahayakan diri dan orang lain. Pemberian terapi baik psikofarmaka maupun keperawatan yang tepat dan akurat saja tidaklah cukup pada klien gangguan jiwa, tetapi harus disusul atau bahkan paralel dengan terapi modalitas salah satunya dengan TAK yang secara kontinue dan teratur sampai berfungsinya kembali perilaku normatif yang stabil atau dalam istilah keperawatan perilakunya adaptif (Sarka Ade Susana, 2007 : 9).
Dari pengalaman dan penelitian bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan (Notoadmodjo, 2007:140). Diharapkan dengan tingkat pengetahuan perawat yang baik tentang TAK maka dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan jiwa yang diberikan oleh rumah sakit. Berbagai cara untuk meningkatkan pengetahuan adalah dengan mengikuti pendidikan, dan dengan adanya seseorang yang melaksanakan pendidikan diharapkan seseorang tersebut makin luas pula pengetahuannya seperti yang ditetapkan oleh Koentjoroningrat yang dikutip oleh Nursalam atau Siti Pariani (2001:133) bahwa pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi. Disamping itu untuk memperluas pengetahuan bisa melalui media informasi yang telah diperoleh dari berbagai sumber literatur yang lebih jelas dan lugas, media masa dan mengikuti berbagai seminar ataupun pelatihan-pelatihan sehingga dengan pengetahuan yang luas dapat mempermudah perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan yang berkualitas tinggi. Menurut Stuart dan Sunden, 1998:138 tentang standar kinerja profesional keperawatan jiwa yaitu standar III (pendidikan) untuk meningkatkan keahlian keperawatan dan pengembangan profesi perawat kesehatan jiwa-psikiatri mengikuti dan mempertahankan pengetahuan dalam praktik keperawatan, pendidikan formal, pendidikan berkelanjutan, sertifikasi, dan belajar dari pengalaman. Menurut peneliti solusi untuk ruang jiwa Rumkital Dr. Ramelan agar semua perawat mempunyai pengetahuan yang baik tentang TAK, maka perawat harus meningkatkan pendidikan, mencari informasi misalnya diadakan pelatihan. Sebaiknya TAK juga dilaksanakan sesering mungkin oleh perawat yang mempunyai pengetahuan baik dan pelaksanaannya terkoordinir oleh kepala ruangan, sehingga perawat yang mempunyai pengetahuan yang cukup dan kurang tentang TAK dapat belajar dari perawat tersebut.  
Dengan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian guna  mengetahui tingkat pengetahuan perawat Ruang Jiwa Rumkital Dr. Ramelan Surabaya tentang TAK.

1.2      Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut ”Bagaimana tingkat pengetahuan perawat tentang Terapi Aktivitas Kelompok di Ruang Jiwa Rumkital Dr. Ramelan Surabaya?”
1.3      Tujuan Penelitian
Penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat pangetahuan perawat tentang Terapi Aktivitas Kelompok di Ruang Jiwa Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

1.4      Manfaat Penelitian
1.4.1    Secara Teoritis
Dengan pengetahuan perawat yang baik tentang Terapi Aktivitas Kelompok di ruang Jiwa Rumkital Dr. Ramelan Surabaya maka TAK akan dapat diberikan oleh semua perawat sehingga mampu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan jiwa.
1.4.2    Secara Praktis
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat memberi informasi untuk peneliti sendiri dan untuk peneliti selanjutnya tentang pengetahuan TAK sehingga memungkinkan peneliti selanjutnya untuk mengadakan penelitian tentang efektifitas TAK terhadap klien dengan masalah keperawatan jiwa tertentu.
2. Bagi Responden
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai tambahan ilmu dan informasi dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan pengetahuan perawat khususnya di ruang jiwa.
3. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan sumber daya manusia dan mutu pelayanan keperawatan profesi khususnya di Ruang Jiwa Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.


BAB  2
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan disajikan konsep pengetahuan, konsep perawat dan konsep Terapi Aktivitas Kelompok.
2.1      Konsep Pengetahuan (Knowledge)
2.1.1        Definisi Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Soekidjo Notoatmodjo, 2003 : 120). Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan, takhayul dan penerangan-penerangan yang keliru (Soerjono Soekanto, 2002 : 6).
2.1.2        Proses Adopsi Perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) yang dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo (2007 : 140) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
a.       Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
b.      Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
c.       Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d.      Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
e.       Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
2.1.3        Tingkat Pengetahuan
            Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2007: 140) dibagi 6 tingkat yaitu:
a.       Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b.      Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau matari harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c.       Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d.      Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e.       Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasii baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f.       Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
2.1.4        Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
a.       Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup (Gunawan, 2000 : 108).
b.      Pengalaman
Menurut Locke – Hume – Spencer menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan. Serta pengetahuan itu sendiri mengecilkan peranan akal. Hal ini menurut teori empirisme diambil dari bahasa Yunani episio yang berarti coba-coba atau pengalaman. (Tafsir, 2000:173).


c.       Kebudayaan
Kebudayaan adalah suatu keseluruhan yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat, dan kecakapan-kecakapan serta kebiasaan-kebiasaan lainnya yang diperoleh / dihasilkan manusia sebagai anggota masyarakat menurut E.B Taylor yang dikutip oleh Gunawan (2000 : 16).
d.      Usia
Usia merupakan tingkat kedewasaan seseorang. Semakin bertambah usia seseorang maka pengetahuan mereka bertambah, hal ini dikarenakan pengetahuan yang ia dapatkan bukan hanya berasal dari lingkungan, tingkat pendidikan, tetapi pengalaman mereka menghadapi realita kehidupan yang menuju pematangan pikiran (Nursalam, 2001 : 88).
e.       Sosial Ekonomi
Terdapat perbedaan ketrampilan komunikasi antara mereka dari status sosial ekonomi rendah dan mereka dari status sosial ekonomi tinggi. Biasanya terdapat perbedaan dalam pendidikan, dan pendidikan mempersiapkan orang untuk suatu tugas pemrosesan informasi dasar seperti membaca, memahami, dan mengingat (Severin W, 2005: 298).
f.       Informasi
Informasi adalah sumber daya. Informasi mempunyai nilai, dan informasi memungkinkan orang untuk melakukan hal-hal yang tidak mereka laksanakan tanpa adanya informasi tersebut (Severin W, 2005: 293).


2.1.5        Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2002 : 10-18) ada 2 cara yaitu:
1.      Cara tradisional atau non ilmiah dibagi dalam beberapa cara, meliputi:
a.       Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain, dan apabila kemungkinan tidak berhasil pula dapat dicoba kemungkinan yang lain pula sampai masalah tersebut dapat terpecahkan.
b.      Cara kekuasaan (otoriter)
Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan, ahli ilmu pengetahuan dan sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan.
c.       Berdasarkan pengalaman pribadi
Cara ini dengan mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.
d.      Melalui jalan pikiran
Yaitu dengan cara menggunakan penalaran dalam memperoleh kebenaran pengetahuan. Penalaran dengan menggunakan jalan pikiran ada 2 cara yaitu dengan cara induksi dan deduksi. Penalaran induktif yaitu penalaran yang berdasar atas cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari sesuatu yang bersifat khusus atau individual. Penalaran deduktif, yaitu penalaran yang berdasar atas cara berpikir yang menarik kesimpulan yang khusus dari sesuatu yang bersifat umum.
2.      Cara modern atau cara ilmiah
Disebut juga metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian (research methodology) adalah upaya pemecahan masalah melalui berpikir rasional dan berpikir empiris dan merupakan prosedur untuk mendapatkan ilmu.

2.2      Konsep Perawat
2.2.1    Pengertian Perawat
Sesuai dengan KEPMENKES RI No. 1239 tahun 2001 tentang registrasi dan praktek perawat, perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat, baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang  berlaku (Kusnanto, 2004 : 81).
Menurut International Council of Nursing (1965) / ICN yang dikutip dari (H. Zaidin Ali, 2002 : 14) perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien.
Menurut Virginia Henderson (1980) yang dikutip dari (H. Zaidin Ali, 2002 : 15) perawat mempunyai fungsi yang unik yaitu membantu individu baik yang sehat maupun yang sakit dari lahir hingga meninggal agar dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari secara mandiri dengan menggunakan kekuatan, kemauan atau pengetahuan yang dimiliki.



2.2.2    Peran Perawat
Peran perawat menurut beberapa tokoh:
1.      Menurut CHS 1989
a.       Pemberi asuhan keperawatan
b.      Pembela pasien
c.       Pendidik tenaga perawat dan masyarakat.
d.      Koordinator dalam pelayanan
e.       Kolaborator dalam membina kerjasama dengan profesi lain dan sejawat
f.       Konsultan atau penasehat bagi tenaga kerja klien.
g.      Pembaharu sistem, metodologi dan sikap
2.      Menurut Lokakarya Nasional 1983
a.       Pelaksana pelayanan keperawatan
b.      Pengelola pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan.
c.       Pendidikan dalam keperawatan.
d.      Peneliti dan pengembang keperawatan.
3.      Menurut para sosiolog
a.       Peran terapeutik : kegiatan yang ditujukan langsung pada pencegahan dan pengobatan penyakit.
b.      Expressive / mother substitute role, yaitu kegiatan yang bersifat langsung dalam menciptakan lingkungan dimana penderita merasa aman, diterima, dilindungi, dirawat dan didukung oleh perawat.
4.      Menurut Schulman
a.       Hubungan interpersonal
b.      Melindungi dari ancaman bahaya.
c.       Memberi rasa aman dan nyaman.
d.      Memberi dorongan untuk mandiri.
(H. Zaidin Ali, 2000 : 19-20).
2.2.3    Fungsi Perawat
Fungsi perawat menurut beberapa tokoh:
1.      Menurut Phaneuf
a.       Melaksanakan instruksi dokter (fungsi dependen)
b.      Observasi gejala dan respons pasien yang berhubungan dengan penyakit dan penyebabnya.
c.       Memantau pasien, menyusun dan memperbaiki rencana keperawatan secara terus-menerus berdasarkan pada kondisi dan kemampuan pasien.
d.      Supervisi semua pihak yang ikut terlibat dalam perawatan pasien.
e.       Mencatat dan melaporkan keadaan pasien.
f.       Melaksanakan prosedur dan tehnik keperawatan.
g.      Memberikan pengarahan dan penyuluhan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan rental.
2.      Menurut PK. St. Carolus
a.       Fungsi pokok
Membantu individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat dalam melaksanakan kegiatan yang menunjang kesehatan, penyembuhan atau menghadapi kematian.
b.      Fungsi tambahan
Membantu individu, keluarga dan masyarakat dalam melaksanakan rencana pengobatan yang ditentukan oleh dokter.
c.       Fungsi kolaboratif
Sebagai anggota tim kesehatan, perawat bekerja dalam merencanakan dan melaksanakan program kesehatan yang mencakup pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, penyembuhan dan rehabilitasi (H. Zaidin Ali, 2002 : 20).

2.3      Konsep Terapi Aktivitas Kelompok
2.3.1        Pengertian
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart dan Laraia, 1998). Terapi Aktivitas Kelompok adalah suatu upaya untuk memfasilitasi psiko terapi terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota. Sedangkan Terapi aktivitas Kelompok menurut Wilson dan Kneisl (1992) yang dikutip oleh Budi Anna Keliat dan Akemat (2005:13) merupakan manual rekreasi, dan tehnik kreatif untuk memfasilitasi pengalaman seseorang dalam meningkatkan respon sosial dan harga diri. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi yaitu membaca puisi, seni musik dan menari.
2.3.2        Tujuan
Terapi kelompok mempunyai tujuan terapeutik maupun rehabilitatif:
a.           Tujuan terapeutik antara lain:
1)          Umum
a)          Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (reality testing) dengan berkomunikasi satu sama dan mendapatkan umpan balik serta tanggapan dari orang lain.
b)          Membentuk sosialisasi
c)          Meningkatkan kesadaran tentang hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku defensif (perubahan)
d)         Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis (kognitif dan afektif)
2)          Khusus
a)          Meningkatkan identitias diri
b)          Penyaluran emosi
c)          Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-hari.
b.          Tujuan rehabilitatif
1)          Meningkatkan kemampuan ekspresi diri
2)          Keterampilan sosial
3)          Kepercayaan diri
4)          Kemampuan empati
5)          Meningkatkan pengetahuan tentang problem-problem kehidupan dan pemecahannya.
2.3.3        Macam-macam Terapi Aktivitas Kelompok
Pada kumpulan Teori Modalitas Keperawatan Profesional Jiwa Lawang 2003, Terapi Aktivitas Kelompok dibagi 4 yaitu :
1.          Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS)
a.           Adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.
b.          Tujuan umum klien dapat meningkatkan hubungan interpersonal dan kelompok secara bertahap.
c.   Tujuan khusus:
1)      Klien mampu menyebutkan diri
2)      Klien mampu mengenali jati diri anggota kelompok
3)      Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok.
4)      Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan
5)      Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang lain
6)      Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok
7)      Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi yang telah dilakukan.
d.   Aktivitas dan Indikasi
Aktivitas TAKS dilakukan 7 sesi yang melatih kemampuan sosialisasi klien. Klien yang mempunyai indikasi TAKS adalah klien gangguan hubungan sosial.
1)      Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal.
2)      Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai stimulus.
2.      Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
a.  adalah terapi yang menggunakan aktivitas mempersepsikan berbagai stimulus yang terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.
b.   Tujuan Umum
Klien mempunyai kemampuan menyelesaikan masalah yang dipaparkan padanya dengan tepat.

c.   Tujuan Khusus.
1)      Klien dapat mempersepsikan stimulasi yang dipaparkan kepadanya dengan tepat.
2)      Klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul sesuai dengan stimulus yang dialami.
d.   Aktivitas dan Indikasi
Aktivitas dibagi dalam 2 bagian yaitu:
1)          Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata yang ditemui sehari-hari.
1.1      Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi : menonton TV
1.2      Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi : membaca majalah / koran / artikel.
1.3      Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi : gambar
Klien yang mempunyai indikasi Terapi Aktivitas Kelompok ini adalah :
a. Klien gangguan orientasi realita yang mulai terkontrol.
b. Klien menarik diri yang telah ikut Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
c. Klien perubahan sensori persepsi.
2)          Aktivitas mempersepsikan stimulus dan respon yang dialami dalam kehidupan, khususnya klien perilaku kekerasan. Aktivitas dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan yaitu:
            Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi : mengenal kekerasan yang biasa dilakukan (penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan, akibat perilaku kekerasan)
            Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi : mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik
            Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi : mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi asertif .
            Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi : mencegah perilaku kekerasan melalui kepatuhan makan obat.
            Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi : mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan ibadah. Klien yang mempunyai indikasi Terapi Aktivitas Kelompok ini adalah klien prilaku kekerasan yang telah kooperatif.
3.          Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori
a.       Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori adalah Terapi Aktivitas Kelompok yang diadakan dengan memberikan stimulus tertentu kepada klien sehingga terjadi perubahan perilaku.
b.      Bentuk stimulus
1)   Stimulus suara : musik
2)   Stimulus visual : gambar
3)   Stimulus gabungan visual dan suara : melihat TV, video
c.       Tujuan
        Terapi Aktivitas Kelompok Sensori bertujuan agar klien mengalami:
1)   Peningkatan kepekaan terhadap stimulus
2)   Peningkatan kemampuan merasakan keindahan
3)   Peningkatan apresiasi terhadap lingkungan
4.          Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realitas
Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada di sekitar klien yaitu diri sendiri, orang lain yang ada di sekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien.
a.       Indikasi Terapi Aktivitas Kelompok orientasi realita diberikan kepada klien.
1)   Klien dengan demensia
2)   Klien dengan halusinasi
3)   Klien dengan kebingungan
b.      Tujuan
1)   Klien mampu mengenal tempat di mana ia berada.
2)   Klien mengenal waktu dengan tepat.
3)   Klien dapat mengenal orang-orang di sekitarnya dengan tepat.
c.       Kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realitas terdiri 3 sesi pertemuan meliputi:
1)   Sesi I : pengenalan orang
Tujuan:
a. Klien mampu mengenal nama-nama perawat
b. Klien mampu mengenal nama-nama klien lain
2)  Sesi II : pengenalan tempat
Tujuan:
a. Klien mampu mengenal rumah sakit
b. Klien mampu mengenal nama ruangan tempat merawat.
c. Klien mampu mengenal kamar tidur.
d. Klien mampu mengenal tempat tidur.
e. Klien mengenal ruang perawat, ruang istirahat, ruang makan, kamar mandi dan WC
3)   Sesi III : pengenalan waktu
Tujuan:
a. Klien dapat mengenal waktu dengan tepat.
b. Klien dapat mengenal tanggal dengan tepat.
c. Klien dapat mengenal hari dengan tepat.
d. Klien dapat mengenal tahun dengan tepat.
2.3.4        Besar Kelompok
Jumlah anggota kelompok kecil menurut Stuart dan Laraia (2001) adalah 7-10 orang. Menurut Lancester (1980) adalah 10-12 orang, sedang menurut Rawlins, Williams, dan Beck (1993) adalah 5-10 orang. (Budi Anna Keliat dan Akemat,   2005 : 4).
2.3.5        Lamanya Sesi
Waktu optimal untuk 1 sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok yang rendah, 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi (Stuart dan Laraia, 2001, Budi Anna Keliat dan Akemat, 2005:4).
2.3.6        Fase dalam Terapi Kelompok Menurut Ann Isaacs, 2005 : 300
1.      Fase orientasi
a.       Perawat harus mengarahkan dan bersikap aktif dalam menetapkan kontrak jadwal pertemuan, arah, dan tujuan kelompok.
b.      Perawat harus mendorong terjadinya komunikasi terbuka dan umpan balik dari semua anggota kelompok.
c.       Perawat harus mendiskusikan dan membentuk norma-norma perilaku kelompok.
2.      Fase bekerja
a.       Perawat harus menjalankan peran yang tepat sebagai pemimpin, tergantung pada jenis kelompok.
b.      Perawat harus mendengarkan, mengobservasi dan memberikan umpan balik terapeutik.
c.       Perawat harus mengomentari perilaku yang meningkatkan atau menghambat kemajuan kelompok.
d.      Perawat harus mengenali konflik dalam kelompok dan mendiskusikannya secara terbuka.
e.       Perawat harus mendorong pembentukan harga diri.
f.       Perawat harus berfokus pada masalah yang terjadi di sini dan saat ini yang dialami anggota kelompok.
g.      Perawat harus memberikan informasi yang tepat dalam kelompok pendidikan.
h.      Perawat harus memastikan partisipasi semua anggota kelompok.
3.      Fase terminasi
a.       Perawat harus menjalankan peran pendukung dalam membantu anggota kelompok mengidentifikasi dan mendiskusikan perasaannya tentang terminasi.
b.      Perawat harus mendorong evaluasi kelompok dan perkembangan individu anggota kelompok.
c.       Perawat harus merujuk mereka yang kebutuhannya tidak terpenuhi oleh kelompok untuk mendapatkan evaluasi dan perawatan lebih lanjut.
2.3.7        Evaluasi
1.          Menurut Budi Anna Keliat
Evaluasi dilakukan ketika proses Terapi Aktivitas Kelompok berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan Terapi Aktivitas Kelompok.

2.          Menurut Ann Isaacs (2005:300)
a.       Individu anggota kelompok menunjukkan ketrampilan berkomunikasi.
b.      Individu anggota kelompok menerapkan keterampilan menyelesaikan masalah dalam hidupnya.
c.       Individu anggota kelompok melaporkan adanya perbaikan koping dan perilaku.
d.      Individu anggota kelompok menyatakan cara-cara efektif untuk menatalaksanakan program terapeutik.
3.          Menurut Stuart dan Sundeen (1998:564)
Evaluasi kelompok mencakup input, proses dan output. Pada input hal yang perlu di evaluasi adalah tempat dan pengatur ruangan pada proses adalah bagaimana peran perawat disesuaikan dengan perencanaan, bagaimana pelaksanaan kegiatan, masalah yang timbul dan cara mengatasinya. Sedangkan output hal yang perlu dievaluasi adalah prosentase kegiatan berdasarkan prilaku yang diharapkan dari klien dan prosentase klien yang mengikuti kegiatan. 
2.3.8        Peran Perawat dalam Terapi Aktivitas Kelompok
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) adalah sebagai berikut:
a.           Mempersiapkan program Terapi Aktivitas Kelompok
Sebelum melaksanakan Terapi Aktivitas Kelompok perawat harus terlebih dahulu membuat proposal. Proposal tersebut akan dijadikan panduan dalam pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok.
1.          Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus.
2.          Menentukan siapa yang menjadi leader
3.          Kriteria keanggotaan.
4.          Menentukan proses screening
5.          Persiapan pelaksanaan (menentukan waktu, tempat, lama session, besarnya kelompok, kondisi ruangan, alat bantu)
6.          Uraian tugas leader, coleader, fasilitas dan observasi.
7.          Biaya yang dibutuhkan.
b.          Sebagai Leader
1.          Memimpin jalannya Terapi Aktivitas Kelompok.
2.          Menjelaskan tujuan atau aturan main Terapi Aktivitas Kelompok.
3.          Menentukan topik yang akan dibahas.
4.          Menyimpulkan hasil Terapi Aktivitas Kelompok.
c.           Sebagai Co Leader
1.          Menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi dalam kelompok.
2.          Membantu kelompok menetapkan tujuan dan membuat peraturan.
3.          Membantu anggota kelompok untuk menyadari dinamisnya kelompok.
4.          Menjadi motivator.
5.          Mengarahkan dan memimpin jalannya TAK bersama leader.
d.          Sebagai Fasilitator
Perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok sebagai anggota dengan tujuan memberi stimulus pada anggota kelompok lain agar mengikuti kegiatan sampai selesai.
e.           Sebagai Observer
1.          Mencatat serta mengamati respon klien.
2.          Mengamati jalannya Terapi Aktivitas Kelompok.
3.          Mencegah klien yang meninggalkan Terapi Aktivitas Kelompok tanpa sebab yang pasti.
2.3.9      Prosedur Pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok
              Menurut Direktorat Kesehatan Jiwa Depkes RI (1998) adalah sebagai berikut :
1.          Klien berkumpul duduk berkeliling.
2.          Leader memperkenalkan diri dan juga memperkenalkan Co leader.
3.          Mempersilahkan klien memperkenalkan diri masing-masing secara bergantian jika ada klien yang tidak bisa memperkenalkan diri maka leader membantu memperkenalkannya.
4.          Leader menjelaskan tujuan, prosedur dan peraturan/norma Terapi Aktivitas Kelompok.
5.          Menentukan topik masalah yang akan dibahas dalam kelompok.
6.          Leader menjelaskan bahwa klien bebas mengungkapkan apa saja sesuai dengan topik yang telah disepakati dan bebas mengkritik siapa saja termasuk terapis.
7.          Leader mempersilahkan klien untuk memulai mengungkapkan pendapatnya secara bergantian.
8.          Bila tidak ada klien yang memulainya maka leader boleh menunjuk salah satu klien untuk memulainya.
9.          Bila ada klien yang tidak mau berbicara maka fasilitator harus memberi motivasi pada klien.
10.      Leader minta umpan balik kepada klien yang lain atas apa yang telah dikemukakan oleh klien.
11.      Setiap komentar atau perintah yang datang dari anggota harus diperhatikan sungguh-sungguh dan diberi tanggapan yang serius.
12.      Terapis harus banyak bersifat pasif atau sebagai katalisator.
13.      Bila terjadi blocking ditengah-tengah berlangsungnya Terapi Aktivitas Kelompok maka leader membiarkannya sementera, tapi bila blocking terjadi terlalu lama maka leader dan Co leader berusaha mengatasinya.
14.      Leader menyimpulkan hasil Terapi Aktivitas Kelompok dan menerima umpan balik kelompok.
15.      Semua jalannya Terapi Aktivitas Kelompok dicacat untuk di observasi didalam catatan perkembangan.
16.      Evaluasi (input, proses dan output).
17.      Membuka kontrak baru dengan klien untuk pertemuan selanjutnya.
18.      Ciptakan situasi terminasi yang realistis sehingga dapat diterima oleh semua anggota.  




BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual
Keterangan :
                        : diteliti
                        : tidak diteliti
                        : berpengaruh

Gambar 3.1     Kerangka Konseptual Studi Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Terapi Aktivitas Kelompok di Ruang Jiwa Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.





BAB 4
METODE PENELITIAN

            Metode penelitian adalah usaha untuk menjawab permasalahan, membuat suatu yang masuk akal, memakai peraturan dan memprediksikan keadaan dimasa yang akan datang (Nursalam, 2001:8). Pada bagian ini akan diuraikan mengenai : desain penelitian, kerangka kerja, variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel penelitian, waktu dan tempat penelitian, pengumpulan data, etika penelitian dan keterbatasan.
4.1              Jenis Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif. Metode penelitian deskriptif  digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang (Notatmojo, 2002:138)
Penelitian ini diukur dengan menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya tiap-tiap subyek penelitian hanya diobservasi sekali dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoadmodjo, 2002:146).

4.2       Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada periode 25 Januari s/d 25 Februari 2008 di ruang jiwa Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
                        Kerangka Kerja
Kerangka kerja (Frame work) adalah suatu tahapan atau bagan-bagan kerja terhadap rancangan kegiatan penelitian yang akan dilakukan (Hidayat,

Gambar 4.1     Kerangka kerja tingkat pengetahuan perawat tentang Terapi Aktivitas Kelompok diruang jiwa Rumktital Dr. Ramelan Surabaya.

 
 
                                            
4.4       Desain Sampling   
4.4.1    Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah yang diteliti (Nursalam, 2001:64). Populasi adalah suatu generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003:55). Pada penelitian ini populasinya adalah semua perawat diruang jiwa (Pav VIB, Pav V1C, dan poli jiwa) Rumkital Dr. Ramelan Surabaya periode 25 Januari s/d 25 Februari 2008 yang berjumlah 30 orang.
4.4.2    Sampel Penelitian
            Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan menggunakan “sampling” untuk bisa mewakili populasi (Nursalam, 2001:64). Menurut Sugiyono (2003:56) sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pada penelitian ini sampel diambil dari perawat yang ada diruang jiwa (Pav VIB, Pav VIC dan poliklinik jiwa)  Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
4.4.3    Besar Sampel
Dari jumlah populasi 30 orang perawat, 29 orang diambil sebagai sampel kemudian 1 perawat adalah peneliti sendiri sehingga tidak dimasukkan dalam sampel penelitian.  
4.4.4    Sampling Penelitian
            Tehnik sampling adalah merupakan tehnik pengambilan sampel (Sugiyono, 2003:56). Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam dan Pariani, 2001:66) pada penelitian ini menggunakan tehnik “non probability sampling” yaitu pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan, tetapi semata-mata hanya berdasarkan kepada segi-segi kepraktisan belaka. (Soekidjo, 2002:88). Dengan metode sampling jenuh yaitu tehnik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang (Sugiyono, 2003:61). 

4.5       Identifikasi Variabel
Variabel adalah suatu ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok (orang, benda, situasi) yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Nursalam & Siti Pariani, 2001:41).
            Variabel merupakan sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu. (Notoatmojo, 2002:70).
            Variabel pada penelitian ini adalah tingkat pengetahuan perawat tentang terapi aktivitas kelompok.

4.6              Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang  menjelaskan bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel (Setiadi, 2007: 165).
Nursalam dan Siti Pariani (2001:44) mengatakan variabel yang telah didefinisikan perlu diidentifikasikan secara operasional, sebab istilah (variabel) dapat diartikan secara berbeda-beda oleh orang yang berlainan.
Dalam penelitian ini definisi operasionalnya adalah sebagai berikut : definisi operasional penelitian studi tingkat pengetahuan perawat tentang terapi aktivitas kelompok diruang Jiwa Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

Tabel 4.1      Definisi operasional studi tingkat pengetahuan perawat tentang Terapi Aktivitas Kelompok diruang Jiwa Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
No
Variabel
Definisi
operasional
Indikator
Alat ukur
Skala
Skor
1.
Tingkat pengetahuan perawat tentang TAK
Jumlah jawaban benar responden terhadap 20 item pertanyaan tentang TAK
1. Definisi TAK
2. Tujuan TAK
3. Macam-macam TAK
4. Indikasi TAK
5. Peran perawat dalam TAK
6. Prosedur pelaksanaan TAK
Kuesioner
Ordinal
Terdiri dari 20 pertanyaan dengan skor maksimal 100 jika jawaban benar skor 5 diberi kode 1 jika salah skor o diberi kode o

P =  S F x 100%
          N

Kriteria penilaian:
76-100% baik (3)
56-<76% cukup (2)
<56% kurang (1)

4.7       Pengumpulan Data dan Analisa Data
4.7.1    Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner sebagai alat untuk pengumpulan data.
4.7.2    Pengumpulan Data
            Setelah mendapat ijin dari institusi pendidikan dan kepala Rumkital             Dr. Ramelan sebagai tempat penelitian khususnya diruang jiwa, peneliti mengadakan pendekatan kepada responden dan peneliti memberikan kuesioner sebagai alat untuk pengumpulan data sebagai data penelitian dan dengan menyertakan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Kuesioner yang digunakan oleh peneliti yang sudah terstruktur untuk kemudian diisi oleh responden dan subyek penelitian ini adalah tingkat pengetahuan perawat tentang Terapi Aktivitas Kelompok.
4.7.3    Analisa Data
            Data dari kuesioner yang telah terkumpul diperiksa ulang untuk mengetahui kelengkapan isinya. Setelah data terkumpul ditabulasi dan dikelompokkan sesuai variabel yang diteliti jawaban dari masing-masing kuesioner diklasifikasi, jawaban benar diberi skor 5 dengan kode 1 dan jawaban salah diberi nilai o, dengan kode o, kemudian yang benar dijumlahkan dan dibagi dengan skor maksimal kemudian dikalikan 100% atau menggunakan rumus Ari Kunto (1998:246) sebagai berikut :
P =  S F x 100%
          N
Keterangan :
S F = frekuensi jawaban (skor yang didapat)
N = skor maksimal
P = prosentase
Hasil dan pengolahan data dalam bentuk prosentase dari masing-masing variabel diprosentasikan dengan menggunakan skala kualitatif: (Arikunto, 1998;246)
Baik        : 76%-100 %               (16-20 jawaban benar)            dengan kode 3.
Cukup    : 56-< 76 %                 (12-15 jawaban benar)            dengan kode 2.
Kurang   : < 56 %                       (< 11 jawaban benar)               dengan kode 1 
4.8       Etika Penelitian
            Dalam melakukan penelitian mengajukan permohonan ijin kepada Rumkital Dr.Ramelan untuk mendapatkan persetujuan, kemudian kuesioner diberikan / disampaikan ke subyek yang akan diteliti dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi :
4.8.1    Lembar Persetujuan Penelitian (Informed Consent)
            lembar persetujuan penelitian ditunjukkan dan dijelaskan kepada perawat jiwa sebagai responden dengan tujuan responden mengerti maksud dan tujuan penelitian. Jika responden bersedia untuk diteliti maka responden diminta untuk menanda tangani lembar persetujuan. Dan jika perawat tidak bersedia sebagai responden peneliti akan tetap menghormati hak perawat tersebut .
4.8.2    Tanpa nama (Anonimity)
            Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh subyek lembar kuesioner tersebut akan diberi kode tertentu.
4.8.3    Kerahasiaan (Confidentiality)
            Semua informasi yang dibenarkan oleh subyek maupun hasil pengamatan peneliti dijamin kerahasiaanya.
4.9       Keterbatasan
            Dalam penelitian ini kelemahan atau keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti adalah :
  1. Kemampuan penelitian masih kurang karena peneliti masih termasuk taraf pemula sehingga hasil dari penelitian masih banyak kekurangan.
  2. Lembar kuesioner yang digunakan belum diuji cobakan terlebih dahulu untuk mengetahui tiap-tiap item pertanyaan dapat mudah dipahami atau tidak, sehingga kemungkinan terjadi kesalahpahaman dalam memberi jawaban atau persepsi yang salah bisa mengakibatkan jawaban kurang valid.
  3. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif, jadi hanya menggambarkan tingkat pengetahuan tanpa memberi hubungan atau perbandingan sehingga hanya berupa gambaran tingkat pengetahuan tanpa mencari faktor pendukung. 


BAB 5

 
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil pengumpulan data dan pembahasan dari instrumen observasi yang diperoleh pada 25 Januari s/d 25 Februari 2008. Pengumpulan data dilakukan di Ruang Jiwa Rumkital Dr. Ramelan Surabaya dengan jumlah 30 perawat yang menjadi responden adalah 29 perawat sedangkan 1 perawat adalah peneliti sendiri, sehingga tidak dijadikan sebagai responden. Penyajian hasil penelitian ini meliputi data umum yang terdiri dari karakteristik responden (jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, umur dan masa kerja). Sedangkan data khusus dalam penelitian ini meliputi tingkat pengetahuan perawat tentang TAK di Ruang Jiwa Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Rumkital Dr. Ramelan merupakan rumah sakit pemerintah tipe A yang didirikan pada tanggal 7-8-1950 yang terletak di jalan Gadung no. 1 Surabaya.
Adapun moto, visi dan bagian tujuan Rumkital Dr. Ramelan Surabaya adalah sebagai berikut :
Motto    : Satukan tekad sehatkan prajurit agar siap bertugas, satukan tekad berikan layanan terbaik (terpercaya, efisien, ramah ,berkualitas, akurat, inovatif, komunikatif).
Visi        : Rumah sakit pilihan bagi TNI dan masyarakat umum
35
 
Misi       : Menjadi rumah sakit Tentara Nasional pusat unggulan di wilayah Timur.
Tujuan :
1.      Pelayanan kesehatan menyeluruh dan bermutu tinggi yang berorientasi pada keputusan penderita.
2.      Dukungan kesehatan pada operasi militer.
3.      Dukungan dibidang pendidikan dan kesehatan masyarakat,
Penelitian ini dilakukan di ruangan jiwa Departemen Saware Rumkital                    Dr. Ramelan Surabaya dimana terdiri dari ruangan Pav VI B, Pav VI C dan Poliklinik jiwa. Dengan jumlah perawat 30 orang yang terdiri dari 15 perawat lulusan DIII Akper, 13 perawat lulusan SPK, dan 2 perawat lulusan SPR. Di Ruang Jiwa masih jarang dilakukan TAK karena tidak semua perawat mempunyai kesempatan untuk mengikuti pelatihan atau seminar tentang TAK, tapi di Ruang Jiwa sarananya sangat mendukung untuk dilakukan TAK. Hal ini dibuktikan dengan adanya audio visual misalnya TV, VCD, peralatan olah raga misalnya tenis meja.
5.1.2. Data Umum
1. Jenis Kelamin


Gambar 5.1.    Diagram pie karakteristik responden berdasarkan Jenis kelamin di Ruang Jiwa Rumkital Dr. Ramelan Surabaya pada tanggal 25 Januari  s/d 25 Februari 2008
Berdasarkan diagram dapat diketahui bahwa dari 29 responden didapatkan bahwa jenis kelamin responden laki-laki 13 responden (44.8%) dan perempuan 16 responden (55,2%)
1.      Karakteristik Responden berdasarkan usia
Gambar 5.2. Diagram pie karakteristik responden berdasarkan usia di Ruang Jiwa Rumkital Dr. Ramelan Surabaya pada tanggal 25 Januari s/d 25 Februari 2008

Berdasarkan diagram dapat diketahui bahwa dari 29 responden didapatkan usia responden yang 20-30 tahun sebanyak 8 responden (27.6%), 31-40 tahun sebanyak 18 responden (62.1%), 41-50 tahun sebanyak 2 (3%).


Gambar 5.3.    Diagram pie karakteristik responden berdasarkan pendidikan di Ruang Jiwa Rumkital  Dr. Ramelan Surabaya pada tanggal 25 Januari s/d 25 Februari 2008

Berdasarkan diagram dapat diketahui bahwa dari 29 responden didapatkan pendidikan SPR sebanyak 2 responden (6.9%), SPK 12 (41.4%), DIII Keperawatan 15 responden (51.7%).
4.  Karakteristik responden berdasarkan pengalaman kerja




Berdasarkan diagram dapat diketahui bahwa dari 29 responden didapatkan responden dengan pengalaman kerja < 5 tahun sebanyak 7 responden (24.1%),                 6–10 tahun sebanyak 10 responden (34.5%), > 11 tahun 12 responden (41.4%).
5. Karakteristik responden berdasarkan penghasilan





Berdasarkan diagram dapat diketahui bahwa dari 29 responden didapatkan responden dengan penghasilan < 500.000 sebanyak 0 ( 0  %), 500.000 – 1.000.000 sebanyak 10 responden (34.5%), > 1.000.000 sebanyak 19  responden (65.5%).

5.1.3. Data Khusus
1.  Pengetahuan


 











Gambar 5.6.    Diagram pie karakteristik responden berdasarkan pengetahuan di Ruang Jiwa Rumkital  Dr. Ramelan Surabaya pada tanggal 25 Januari s/d 25 Februari 2008



Berdasarkan diagram dapat diketahui pengetahuan perawat tentang terapi aktivitas kelompok berlangsung dalam kategori kurang 4 responden (13.8%), cukup sebanyak 18 responden (62.1%), baik sebanyak 7 responden (24.1%).

5.2. Pembahasan
Penelitian populasi yang dilakukan pada perawat Ruang Jiwa dan Poliklinik Jiwa Rumkital Dr. Ramelan dengan jumlah populasi 30 perawat didapatkan 29 perawat bersedia menjadi responden karena 1 perawat adalah peneliti. Dari 29 responden didapatkan hasil responden dengan tingkat pengetahuan cukup berjumlah 18 perawat (62,1%), tingkat pengetahuan baik berjumlah 7 perawat (24,1%), sedangkan responden yang mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang berjumlah 4 perawat (13,8%). Hal ini dapat menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan perawat tentang TAK di Ruang Jiwa Rumkital Dr. Ramelan Surabaya dalam kategori cukup karena jumlahnya melebihi 50% tetapi masih ada tingkat pengetahuan perawat yang kurang.
Dari hasil penelitian responden yang memiliki pengetahuan cukup adalah 18 responden dengan latar belakang pendidikan DIII keperawatan 8 responden (44,5%). Hal ini kemungkinan terjadi karena responden kurang berpengalaman atau belum pernah memberikan TAK, responden kurang memahami teori yang didapatkan tentang TAK sehingga responden tidak dapat mengaplikasikan teori yang didapat karena responden masih dalam tingkat pengetahuan tahu (know) dimana tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah (Soekidjo, 2007 : 140). Selain latar belakang DIII Keperawatan didapatkan 10 responden dengan latar belakang SPK (55,6%) dengan rata-rata pengalaman kerja diatas 5 tahun, dengan usia rata-rata diatas 30 tahun. Hal tersebut dapat terjadi karena responden aktif dalam mencari informasi misalnya dengan membaca buku tentang TAK meskipun dalam pendidikan responden tidak mendapatkan teori tentang TAK. Responden juga mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan instansi lain. Selain itu pengetahuan juga dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu diantaranya usia dan pengalaman, usia merupakan tingkat kedewasaan seseorang, semakin bertambah usia seseorang maka pengetahuan bertambah karena pengetahuan yang mereka dapatkan bukan berasal dari lingkungan, tingkat pendidikan, tetapi pengalaman mereka dalam menghadapi realita kehidupan yang menuju kematangan pikiran (Nursalam, 2003:188).
Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan yang baik tentang TAK berjumlah 7 perawat, dengan latar belakang pendidikan DIII Keperawatan. hal ini dapat terjadi karena pada umumnya semakin tinggi pendidikan maka akan semakin baik pula pengetahuannya. Pengetahuan itu sendiri merupakan  kemampuan seseorang untuk mengingat fakta, simbol, prosedur, tehnik dan teori (Nursalam dan Siti pariani, 2001:163).
Dari hasil penelitian 4 responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang didapatkan memiliki pendidikan SPK 2 responden (50%) dan pendidikan SPR 2 responden (50%). Hal ini bisa terjadi karena responden mempunyai pendidikan SPK atau SPR dimana dalam kurikulum pendidikan tidak ada teori tentang TAK atau responden tidak mau meningkatkan pendidikan, atau responden kurang aktif dalam mencari informasi. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan, dengan pendidikan diharapkan seseorang tersebut makin luas pengetahuannya (Nursalam dan Siti Pariani, 2001:133). Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah individu tersebut untuk menerima informasi sehingga pengetahuan yang dimiliki individu semakin bertambah, tetapi perlu ditekankan bahwa bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak memiliki pengetahuan rendah pula (Effendy, 1998:28).  

 BAB 6

PENUTUP

            Pada peneliti akan menyajikan simpulan dan saran berdasarkan dari hasil pembahasan dengan judul studi Tingkat Pengetahuan perawat tentang terapi aktifitas kelompok diruang jiwa Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
6.1 Simpulan
            Berdasarkan analisa pengumpulan data dalam penelitian yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 25 Januari s/d 25 Februari 2008 maka didapatkan atau dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan perawat tentang terapi aktivitas kelompok diruang jiwa rumkital Dr. Ramelan Surabaya mayoritas memiliki tingkat pengetahuan yang cukup.

6.2 Saran
1.      Bagi peneliti diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan bahan pertimbangan untuk penelitian tentang TAK diruang jiwa Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. Mohon peneliti selanjutnya mengadakan penelitian tentang pengaruh TAK bagi pasien jiwa.
2.      Bagi perawat diharapkan dengan penelitian ini dapat memperoleh gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang TAK diruang jiwa, mohon dapatnya pemberian pelatihan-pelatihan kepada perawat jiwa.
3.     
42
 
Bagi Institusi diharapkan dengan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk pembuatan protap tentang TAK diruang jiwa Rumkital   Dr. Ramelan dalam memberikan pelayanan keperawatan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Zaidin, (2002). Dasar-dasar Keperawatan Profesional, Jakarta:EGC

Ari Kunto Suharsini, (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:Rineka Cipta.

DEPKES RI: Direktorat Kesehatan Jiwa (1998). Petunjuk Teknis Terapi Aktivitas Kelompok Pasien Mental di Rumah Sakit:Jakarta.

Gunawan, Ari. (2000). Sosiologi Pendidikan, Jakarta:Rineka Cipta.

Hidayat, Azis dan Musrifatul Uliyah. (2003). Riset Keperawatan Profesional, Jakarta:Widya Medika.

Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik, Jakarta:EGC.

____________ (2003). Makalah Pelatihan Nasional Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa, RSJP Lawang.

Kusnanto. (2004). Pengantar Profesi dan Praktek Keparawatan Profesional, jakarta:EGC.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta:Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta:Rineka Cipta.

Nursalam dan Siti Pariani. (2001). Pendekatan praktis Metodologi Riset Keperawatan, CV Info Media.

Setiadi.(2007).Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan, Jogyakarta:Graha Ilmu.

Severin, J Werner. (2005). Teori Komunikasi Sejarah Metode Dan Terapan Dala Media Massa. Jakarta: Prenada Media.

Stuart GW dan Laraia MT. (1998). Principles dan practice Of Psychiatric Nursing 6 th ed, st Louis : Mosby.

Stuart dan Sundeen, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta:EGC.

Sugiyono, (2003) Statistika Untuk Penelitian, Bandung:CV Alpabeta.

Susanna, Sarka Ade Et all. (2007). Terapi Modalitas dalam Keperawatan Jiwa, Jogyakarta:Mitra Cendika.  



Lampiran 3
LEMBAR KUESIONER

Judul Penelitian :      Studi Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Terapi Aktivitas Kelompok di ruang Jiwa Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

No. Kode Responden :
Petunjuk Pengisian
  1. Bacalah setiap pertanyaan pada kuesioner dengan teliti dan benar.
  2. Jawablah pada kolom yang tersedia dengan cara memberi tanda ( X ) pada kotak sebelah kiri.

A. Data Umum Responden                                                    Kode Diisi Petugas
1.      Umur anda
1. 20-30 tahun
2. 31-40 tahun
3. 41-50 tahun

2.      Jenis kelamin
1. laki-laki
2. perempuan

3.      Pendidikan terakhir
1. SPR
2. SPK
3. Akper



4.      Lama bekerja di Ruang Jiwa
1. < 5 tahun
2. 6-10 tahun
3. > 11 tahun
5.      Penghasilan
1. < 500.000
2. 500.000 – 1.000.000
3. > 1.000.000




B.           Pertanyaan Pengetahuan Perawat Tentang Terapi Aktivitas Kelompok.

1.      Suatu upaya untuk memfasilitasi psikoterapi terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota disebut :
a.       Kelompok
b.      Terapi Aktivitas Kelompok
c.       Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
d.      Terapi modalitas
2.      Aktivitas yang digunakan dalam Terapi Aktivitas Kelompok dapat berupa :
a.       Membaca puisi
b.      Seni musik
c.       Menari
d.      Jawaban a, b, dan c benar 
3.      Terapi kelompok mempunyai tujuan terapeutik antara lain :
a.       Kepercayaan diri
b.      Ketrampilan sosial
c.       Penyaluran emosi
d.      Kemampuan  empati
4.      Terapi kelompok juga mempunyai tujuan rehabilitatif yaitu :
a.       Meningkatkan identitas diri
b.      Meningkatkan kemampuan ekspresi diri
c.       Penyaluran emosi
d.      Meningkat ketrampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-hari.
5.      Tujuan khusus terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi pada sesi ke-3 adalah :
a.       Klien mampu menyebutkan diri
b.      Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
c.       Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan
d.      Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok



6.      Tujuan khusus dari Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi yaitu:
a.       Klien mempunyai kemampuan menyelesaikan masalah yang dipaparkan padanya.
b.      Klien dapat mempersepsikan stimulasi yang dipaparkan padanya dengan tepat.
c.       Klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul sesuai dengan stimulus yang dialami
d.      Jawaban b dan c benar.
7.      Tujuan dari Terapi Aktivitas Kelompok Sensori yaitu agar klien mengalami dibawah ini kecuali
a.       Peningkatan kepekaan terhadap stimulus
b.      Peningkatan kemampuan merasakan keindahan
c.       Peningkatan apresiasi terhadap lingkungan
d.      Klien mampu mengenal tempat dimana ia berada
8.      Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realitas adalah :
a.       Klien mampu mengenal tempat dimana ia berada
b.      Klien mengenal waktu dengan tepat
c.       Klien dapat mengenal orang-orang disekitarnya dengan tepat
d.      Semua jawaban diatas benar 
9.      Terapi aktivitas kelompok dibagi dalam beberapa macam :
a.       2
b.      3
c.       4
d.      5
10.  Terapi yang menggunakan aktivitas mempersepsikan berbagai stimulus yang terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok disebut :
a.       Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realitas
b.      Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
c.       Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori
d.      Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
11.  Aktivitas pada Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi dibagi dalam berapa sesi :
a.       4
b.      5
c.       6
d.      7
12.  Indikasi Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi yaitu :
a.       Klien kerusakan komunikasi verbal yang belum berespon sesuai stimulus
b.      Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal
c.       Klien gangguan orientasi realita yang mulai terkontrol
d.      Klien kerusakan komunikasi verbal dan nonverbal
13.  Indikasi Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi dibawah ini kecuali :
a.       Klien gangguan orientasi realita yang mulai terkontrol
b.      Klien menarik diri yang telah ikut Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
c.       Klien perubahan sensori persepsi
d.      Klien dengan halusinasi
14.  Indikasi Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realitas adalah :
a.       Klien dengan dimensia
b.      Klien dengan kebingungan
c.       Klien dengan halusinasi
d.      Jawaban a, b dan c benar 
15.  Klien perilaku kekerasan yang telah kooperatif sebaiknya diberi Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi persepsi :
a.       Mengenal kekerasan yang biasa dilakukan
b.      Mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik
c.       Mencegah perilaku kekerasan melalui kepatuhan minum obat
d.      Mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan ibadah

16.  Peran perawat dalam Terapi Aktivitas Kelompok dibawah ini kecuali :
a.       Sebagai leader
b.      Sebagai pembimbing
c.       Sebagai co leader
d.      Sebagai fasilitator
17.  Tugas perawat sebagai leader yaitu :
a.       Menentukan proses screning
b.      Membantu kelompok menetapkan tujuan dan membuat peraturan
c.       Menentukan topik yang akan dibahas
d.      Menjadi motivator
18.  Tugas perawat sebagai co leader yaitu :
a.       Mencatat serta mengamati respon klien
b.      Mengamati jalannya terapi aktivitas kelompok
c.       Menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi dalam kelompok
d.      Mencegah klien yang meningggalkan Terapi Aktivitas Kelompok tanpa sebab yang pasti
19.  Dalam prosedur pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok seorang terapis harus bersifat :
a.       Pasif
b.      Aktif
c.       Katalisator
d.      Jawaban a dan c benar
20.  Prosedur pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok menurut Direktorat Kesehatan Jiwa DEPKES RI 1998 dibawah ini kecuali :
a.       Klien berkumpul duduk berkeliling
b.      Leader memperkenalkan diri dan juga memperkenalkan co leader
c.       Mementukan topik masalah yang akan dibahas dalam kelompok
d.      Semua jawaban diatas salah 






HASIL TABULASI DATA UMUM TINGKAT PENGETAHUAN RESPONDEN TENTANG TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
DI RUANG JIWA RUMKITALDr. RAMELAN SURABAYA

No
DATA PENGETAHUAN
Data khusus
Usia
Jenis kelamin
Pendidikan
Lama bekerja
Penghasilan
Pengetahuan
1
2
1
3
2
3
3
2
2
2
3
1
3
2
3
2
1
3
3
3
3
4
2
1
2
2
3
2
5
2
2
2
3
3
2
6
2
1
2
3
3
2
7
2
2
2
3
3
2
8
2
1
3
2
3
3
9
2
2
3
2
2
2
10
2
1
2
2
3
1
11
2
1
2
2
3
2
12
3
1
1
3
3
1
13
2
1
3
3
3
2
14
1
2
3
1
2
2
15
1
2
3
1
2
2
16
2
1
2
3
3
2
17
3
2
3
3
3
3
18
2
1
3
3
3
3
19
2
1
2
3
3
2
20
2
2
3
3
3
3
21
1
2
3
2
2
2
22
2
1
2
2
2
2
23
1
2
3
1
2
2
24
1
2
2
2
2
2
25
1
2
3
1
2
2
26
2
2
2
1
2
2
27
1
2
3
2
2
3
28
1
2
2
1
2
1
29
3
2
1
3
3
1


Keterangan :
= kode             jenis kelamin               Pengetahuan                Pengalaman kerja
                        laki-laki : 1                  kurang : 1                    < 5 tahun : 1
                        perempuan : 2              cukup 2 : 2                  6 tahun- 10 tahun : 2
                                                            baik : 3                        > 11 tahun : 3

Usia                                         Pendidikan                  Penghasilan
20-30 tahun : 1                        SPR : 1                        < 500.000 : 1
31-40 tahun : 2                        SPK : 2                        500.000-1.000.000 : 2
41-50 tahun : 3                        Akper : 3                     > 1.000.000 : 2



HASIL TABULASI DATA NILAI DAN SKOR RESPONDEN
TENTANG TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK DI RUANG JIWA RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA

No
NOMOR PERTANYAAN
Skor
Persentase
Kode
Res
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
1
5
5
5
0
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
0
0
5
0
5
5
80
80
3
2
5
5
0
0
5
5
5
5
5
5
5
5
0
5
0
0
5
0
5
5
70
70
2
3
5
5
5
0
5
5
5
5
5
5
0
0
0
5
5
5
5
5
5
5
80
80
3
4
5
5
0
5
5
5
5
5
5
5
5
5
0
5
0
0
5
0
5
5
75
75
2
5
5
5
5
0
5
0
5
5
5
5
5
5
0
5
5
5
0
0
5
5
75
75
2
6
5
5
0
0
5
5
0
5
5
0
5
5
0
5
0
5
5
0
5
5
65
65
2
7
5
5
0
0
5
5
0
5
5
5
5
5
0
5
5
5
5
0
5
5
75
75
2
8
5
5
0
5
5
5
5
5
5
0
0
5
5
5
5
5
0
5
5
5
80
80
3
9
5
5
0
0
0
5
5
5
5
5
5
5
0
5
5
5
0
5
5
5
75
75
2
10
5
0
0
0
5
5
5
0
5
0
5
5
0
5
0
5
0
0
5
5
55
55
1
11
5
5
0
0
5
5
5
5
5
5
0
5
0
5
5
5
0
5
5
5
75
75
2
12
5
5
0
0
0
0
5
5
0
0
5
0
0
5
0
0
5
0
5
5
45
45
1
13
5
5
0
0
5
5
5
5
5
5
5
5
0
5
0
5
0
5
5
5
75
75
2
14
5
5
0
0
5
5
5
5
5
5
5
5
5
0
0
0
5
0
5
5
65
65
2
15
5
5
0
0
5
0
5
5
5
5
5
5
0
5
0
0
5
0
5
5
65
65
2
16
5
5
5
5
5
5
5
5
0
0
5
5
0
0
5
5
0
0
5
5
70
70
2
17
5
5
0
0
5
5
5
5
5
5
5
5
5
0
5
5
5
5
5
5
85
85
3
18
5
5
0
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
0
5
5
90
90
3
19
5
5
0
0
5
5
5
5
5
5
5
5
0
5
0
5
5
0
5
5
70
70
2
20
5
5
5
0
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
0
0
0
5
5
80
80
3
21
5
5
0
0
5
0
0
5
5
5
5
0
5
5
5
0
5
5
5
5
75
75
2
22
5
5
0
0
5
0
0
5
5
5
5
5
5
5
5
5
0
0
5
5
70
70
2
23
5
5
5
0
5
5
0
5
5
5
5
0
5
5
0
5
0
0
5
5
70
70
2
24
5
5
0
0
5
0
5
5
5
0
5
5
0
5
5
0
5
5
5
5
70
70
2
25
5
5
0
0
5
0
5
5
5
5
5
5
5
5
0
5
0
0
5
5
70
70
2
26
5
5
0
0
5
0
5
5
5
5
0
5
5
5
5
0
5
0
5
5
70
70
2
27
5
5
0
0
5
5
5
5
5
5
0
5
5
5
5
0
5
0
5
5
80
80
3
28
5
5
0
0
5
0
5
0
5
5
0
5
0
5
0
0
5
0
5
5
55
55
1
29
5
5
0
0
5
0
0
0
0
0
5
5
0
5
0
5
0
0
5
5
45
45
1

Keterangan :
Pertanyaan :                                                                         Kode :
(1) Jawaban Benar nilai 5 kode 1                                    kurang   : 1
(2) jawaban salah nilai 0 kode   0                                    cukup     : 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar