BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan jiwa adalah dengan melakukan Terapi
Aktivitas Kelompok (TAK). TAK merupakan salah satu terapi modalitas yang diberikan
untuk klien gangguan jiwa. TAK sangat efektif mengubah perilaku karena di dalam
kelompok terjadi interaksi satu dengan yang lain, saling pengaruh mempengaruhi,
saling tergantung, dan terjalin satu persetujuan kelompok yang diakui bersama
dan akan terbentuk suatu sistem yang khas yang selain terjadi interaksi, juga
interelasi, interdependensi, dan saling membagi tujuan dan norma yang sama
(Stuart & Laraia 2001). Berdasarkan dari hasil pengamatan peneliti selama
dinas di Ruangan Jiwa Rumkital Dr. Ramelan Surabaya, pada kenyataannya TAK
masih jarang dilaksanakan. Hal ini terjadi karena tidak semua perawat mempunyai
pengetahuan yang baik tentang TAK.
Jumlah total perawat di
Ruang Jiwa Rumkital Dr. Ramelan Surabaya adalah 30 orang, yang terdiri dari 15
orang lulusan D III Akper, 13 orang lulusan SPK dan 2 orang lulusan SPR.
Berdasarkan dari studi pendahuluan pengetahuan perawat tentang Terapi Aktivitas
Kelompok dari 10 orang perawat yang diambil secara acak didapatkan hasil 3
perawat mempunyai pengetahuan baik, 4 perawat mempunyai pengetahuan cukup, dan
3 perawat mempunyai pengetahuan kurang.
Kurangnya pengetahuan
perawat tentang TAK dapat dipengaruhi antara lain pendidikan, pengalaman dan
informasi. Dengan kurangnya pengetahuan perawat tentang TAK maka akan berdampak
pada tidak terlaksananya TAK itu sendiri. Karena perawat tidak bisa menjadi
terapis. Kalaupun TAK tetap dilaksanakan maka hasilnya tidak seoptimal mungkin
atau tidak sesuai dengan tujuan sehingga perawat tidak mampu meningkatkan mutu
pelayanan keparawatan jiwa yang diberikan oleh Rumah Sakit. Tidak adanya
intervensi TAK yang tepat dalam merawat klien gangguan jiwa dapat menimbulkan
masalah-masalah lain yang lebih serius misal pada klien dengan menarik diri
merasa tidak diperhatikan dan akhirnya mengalami depresi berat akan
mengakibatkan klien murung, tidak bersemangat, merasa tidak berharga. Pada
klien dengan halusinasi klien tidak bisa mengontrol halusinasi sehingga
membahayakan diri dan orang lain. Pemberian terapi baik psikofarmaka maupun
keperawatan yang tepat dan akurat saja tidaklah cukup pada klien gangguan jiwa,
tetapi harus disusul atau bahkan paralel dengan terapi modalitas salah satunya
dengan TAK yang secara kontinue dan teratur sampai berfungsinya kembali
perilaku normatif yang stabil atau dalam istilah keperawatan perilakunya adaptif
(Sarka Ade Susana, 2007 : 9).
Dari pengalaman dan
penelitian bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dan
lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan
(Notoadmodjo, 2007:140). Diharapkan dengan tingkat pengetahuan perawat yang
baik tentang TAK maka dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan jiwa yang
diberikan oleh rumah sakit. Berbagai cara untuk meningkatkan pengetahuan adalah
dengan mengikuti pendidikan, dan dengan adanya seseorang yang melaksanakan
pendidikan diharapkan seseorang tersebut makin luas pula pengetahuannya seperti
yang ditetapkan oleh Koentjoroningrat yang dikutip oleh Nursalam atau Siti
Pariani (2001:133) bahwa pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi.
Disamping itu untuk memperluas pengetahuan bisa melalui media informasi yang
telah diperoleh dari berbagai sumber literatur yang lebih jelas dan lugas,
media masa dan mengikuti berbagai seminar ataupun pelatihan-pelatihan sehingga
dengan pengetahuan yang luas dapat mempermudah perawat dalam melaksanakan
tindakan keperawatan yang berkualitas tinggi. Menurut Stuart dan Sunden,
1998:138 tentang standar kinerja profesional keperawatan jiwa yaitu standar III
(pendidikan) untuk meningkatkan keahlian keperawatan dan pengembangan profesi
perawat kesehatan jiwa-psikiatri mengikuti dan mempertahankan pengetahuan dalam
praktik keperawatan, pendidikan formal, pendidikan berkelanjutan, sertifikasi,
dan belajar dari pengalaman. Menurut peneliti solusi untuk ruang jiwa Rumkital
Dr. Ramelan agar semua perawat mempunyai pengetahuan yang baik tentang TAK,
maka perawat harus meningkatkan pendidikan, mencari informasi misalnya diadakan
pelatihan. Sebaiknya TAK juga dilaksanakan sesering mungkin oleh perawat yang
mempunyai pengetahuan baik dan pelaksanaannya terkoordinir oleh kepala ruangan,
sehingga perawat yang mempunyai pengetahuan yang cukup dan kurang tentang TAK
dapat belajar dari perawat tersebut.
Dengan latar belakang di
atas maka perlu dilakukan penelitian guna mengetahui tingkat pengetahuan perawat Ruang Jiwa
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya tentang TAK.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar
belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut ”Bagaimana
tingkat pengetahuan perawat tentang Terapi Aktivitas Kelompok di Ruang Jiwa
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya?”
1.3
Tujuan Penelitian
Penelitian dilakukan untuk
mengetahui tingkat pangetahuan perawat tentang Terapi Aktivitas Kelompok di
Ruang Jiwa Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Secara Teoritis
Dengan
pengetahuan perawat yang baik tentang Terapi Aktivitas Kelompok di ruang Jiwa
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya maka TAK akan dapat diberikan oleh semua perawat
sehingga mampu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan jiwa.
1.4.2
Secara Praktis
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat
memberi informasi untuk peneliti sendiri dan untuk peneliti selanjutnya tentang
pengetahuan TAK sehingga memungkinkan peneliti selanjutnya untuk mengadakan
penelitian tentang efektifitas TAK terhadap klien dengan masalah keperawatan
jiwa tertentu.
2. Bagi Responden
Hasil penelitian dapat
digunakan sebagai tambahan ilmu dan informasi dan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk meningkatkan pengetahuan perawat khususnya di ruang jiwa.
3. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan pertimbangan
untuk meningkatkan sumber daya manusia dan mutu pelayanan keperawatan profesi
khususnya di Ruang Jiwa Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
BAB
2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan disajikan
konsep pengetahuan, konsep perawat dan konsep Terapi Aktivitas Kelompok.
2.1
Konsep Pengetahuan (Knowledge)
2.1.1
Definisi Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan
(knowledge) merupakan hasil dari
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Soekidjo Notoatmodjo, 2003 : 120).
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan
panca inderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan, takhayul dan
penerangan-penerangan yang keliru (Soerjono Soekanto, 2002 : 6).
2.1.2
Proses Adopsi Perilaku
Dari
pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) yang dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo
(2007 : 140) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di
dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
a.
Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut
menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
b.
Interest, yakni orang mulai tertarik kepada
stimulus.
c.
Evaluation (menimbang-nimbang baik dan
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah
lebih baik lagi.
d.
Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
e.
Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
2.1.3
Tingkat Pengetahuan
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2007: 140) dibagi 6 tingkat
yaitu:
a.
Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai
mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam
tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b.
Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai
suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui,
dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau matari harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c.
Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai
kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi
atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
d.
Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu
kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen,
tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu
sama lain.
e.
Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada
suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasii baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f.
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan
dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau objek.
2.1.4
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
a.
Pendidikan
Pendidikan adalah usaha
sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar
sekolah dan berlangsung seumur hidup (Gunawan, 2000 : 108).
b.
Pengalaman
Menurut Locke – Hume –
Spencer menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan. Serta
pengetahuan itu sendiri mengecilkan peranan akal. Hal ini menurut teori
empirisme diambil dari bahasa Yunani episio
yang berarti coba-coba atau pengalaman. (Tafsir, 2000:173).
c.
Kebudayaan
Kebudayaan adalah suatu
keseluruhan yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,
hukum, adat-istiadat, dan kecakapan-kecakapan serta kebiasaan-kebiasaan lainnya
yang diperoleh / dihasilkan manusia sebagai anggota masyarakat menurut E.B
Taylor yang dikutip oleh Gunawan (2000 : 16).
d.
Usia
Usia merupakan tingkat
kedewasaan seseorang. Semakin bertambah usia seseorang maka pengetahuan mereka
bertambah, hal ini dikarenakan pengetahuan yang ia dapatkan bukan hanya berasal
dari lingkungan, tingkat pendidikan, tetapi pengalaman mereka menghadapi
realita kehidupan yang menuju pematangan pikiran (Nursalam, 2001 : 88).
e.
Sosial Ekonomi
Terdapat perbedaan
ketrampilan komunikasi antara mereka dari status sosial ekonomi rendah dan
mereka dari status sosial ekonomi tinggi. Biasanya terdapat perbedaan dalam
pendidikan, dan pendidikan mempersiapkan orang untuk suatu tugas pemrosesan
informasi dasar seperti membaca, memahami, dan mengingat (Severin W, 2005:
298).
f.
Informasi
Informasi adalah sumber
daya. Informasi mempunyai nilai, dan informasi memungkinkan orang untuk
melakukan hal-hal yang tidak mereka laksanakan tanpa adanya informasi tersebut
(Severin W, 2005: 293).
2.1.5
Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2002 : 10-18) ada 2 cara yaitu:
1. Cara tradisional atau non ilmiah
dibagi dalam beberapa cara, meliputi:
a.
Cara coba
salah (Trial and Error)
Cara
ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan
apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain, dan
apabila kemungkinan tidak berhasil pula dapat dicoba kemungkinan yang lain pula
sampai masalah tersebut dapat terpecahkan.
b.
Cara kekuasaan (otoriter)
Sumber pengetahuan ini dapat
berupa pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang
pemerintahan, ahli ilmu pengetahuan dan sebagainya. Dengan kata lain,
pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan.
c.
Berdasarkan pengalaman pribadi
Cara ini dengan mengulang
kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
pada masa lalu.
d.
Melalui jalan pikiran
Yaitu dengan cara
menggunakan penalaran dalam memperoleh kebenaran pengetahuan. Penalaran dengan
menggunakan jalan pikiran ada 2 cara yaitu dengan cara induksi dan deduksi.
Penalaran induktif yaitu penalaran yang berdasar atas cara berpikir untuk
menarik kesimpulan umum dari sesuatu yang bersifat khusus atau individual.
Penalaran deduktif, yaitu penalaran yang berdasar atas cara berpikir yang
menarik kesimpulan yang khusus dari sesuatu yang bersifat umum.
2.
Cara modern atau cara ilmiah
Disebut juga metode
penelitian ilmiah atau metodologi penelitian (research methodology) adalah upaya pemecahan masalah melalui
berpikir rasional dan berpikir empiris dan merupakan prosedur untuk mendapatkan
ilmu.
2.2
Konsep Perawat
2.2.1
Pengertian Perawat
Sesuai
dengan KEPMENKES RI No. 1239 tahun 2001 tentang registrasi dan praktek perawat,
perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat, baik di dalam
maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku (Kusnanto, 2004 : 81).
Menurut
International Council of Nursing (1965) / ICN yang dikutip dari (H. Zaidin Ali,
2002 : 14) perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan
keperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan
bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta
pelayanan terhadap pasien.
Menurut
Virginia Henderson (1980) yang dikutip dari (H. Zaidin Ali, 2002 : 15) perawat
mempunyai fungsi yang unik yaitu membantu individu baik yang sehat maupun yang
sakit dari lahir hingga meninggal agar dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari
secara mandiri dengan menggunakan kekuatan, kemauan atau pengetahuan yang
dimiliki.
2.2.2
Peran Perawat
Peran
perawat menurut beberapa tokoh:
1.
Menurut CHS 1989
a.
Pemberi asuhan keperawatan
b.
Pembela pasien
c.
Pendidik tenaga perawat dan
masyarakat.
d.
Koordinator dalam pelayanan
e.
Kolaborator dalam membina kerjasama
dengan profesi lain dan sejawat
f.
Konsultan atau penasehat bagi
tenaga kerja klien.
g.
Pembaharu sistem, metodologi dan
sikap
2.
Menurut Lokakarya Nasional 1983
a.
Pelaksana pelayanan keperawatan
b.
Pengelola pelayanan keperawatan
dan institusi pendidikan.
c.
Pendidikan dalam keperawatan.
d.
Peneliti dan pengembang
keperawatan.
3.
Menurut para sosiolog
a.
Peran terapeutik : kegiatan yang
ditujukan langsung pada pencegahan dan pengobatan penyakit.
b.
Expressive / mother substitute
role, yaitu kegiatan yang bersifat langsung dalam menciptakan lingkungan dimana
penderita merasa aman, diterima, dilindungi, dirawat dan didukung oleh perawat.
4.
Menurut Schulman
a.
Hubungan interpersonal
b.
Melindungi dari ancaman bahaya.
c.
Memberi rasa aman dan nyaman.
d.
Memberi dorongan untuk mandiri.
(H. Zaidin Ali, 2000 : 19-20).
2.2.3
Fungsi Perawat
Fungsi
perawat menurut beberapa tokoh:
1.
Menurut Phaneuf
a.
Melaksanakan instruksi dokter
(fungsi dependen)
b.
Observasi gejala dan respons
pasien yang berhubungan dengan penyakit dan penyebabnya.
c.
Memantau pasien, menyusun dan
memperbaiki rencana keperawatan secara terus-menerus berdasarkan pada kondisi
dan kemampuan pasien.
d.
Supervisi semua pihak yang ikut
terlibat dalam perawatan pasien.
e.
Mencatat dan melaporkan keadaan
pasien.
f.
Melaksanakan prosedur dan tehnik
keperawatan.
g.
Memberikan pengarahan dan
penyuluhan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan rental.
2.
Menurut PK. St. Carolus
a.
Fungsi pokok
Membantu individu, keluarga
dan masyarakat baik sakit maupun sehat dalam melaksanakan kegiatan yang
menunjang kesehatan, penyembuhan atau menghadapi kematian.
b.
Fungsi tambahan
Membantu individu, keluarga
dan masyarakat dalam melaksanakan rencana pengobatan yang ditentukan oleh
dokter.
c.
Fungsi kolaboratif
Sebagai anggota tim
kesehatan, perawat bekerja dalam merencanakan dan melaksanakan program kesehatan
yang mencakup pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, penyembuhan dan
rehabilitasi (H. Zaidin Ali, 2002 : 20).
2.3
Konsep Terapi Aktivitas Kelompok
2.3.1
Pengertian
Kelompok
adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain, saling
bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart dan Laraia, 1998). Terapi
Aktivitas Kelompok adalah suatu upaya untuk memfasilitasi psiko terapi terhadap
sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan
interpersonal antar anggota. Sedangkan Terapi aktivitas Kelompok menurut Wilson
dan Kneisl (1992) yang dikutip oleh Budi Anna Keliat dan Akemat (2005:13)
merupakan manual rekreasi, dan tehnik kreatif untuk memfasilitasi pengalaman
seseorang dalam meningkatkan respon sosial dan harga diri. Aktivitas yang
digunakan sebagai terapi yaitu membaca puisi, seni musik dan menari.
2.3.2
Tujuan
Terapi
kelompok mempunyai tujuan terapeutik maupun rehabilitatif:
a.
Tujuan terapeutik antara lain:
1)
Umum
a)
Meningkatkan kemampuan menguji
kenyataan (reality testing) dengan
berkomunikasi satu sama dan mendapatkan umpan balik serta tanggapan dari orang
lain.
b)
Membentuk sosialisasi
c)
Meningkatkan kesadaran tentang
hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku defensif
(perubahan)
d)
Membangkitkan motivasi bagi
kemajuan fungsi-fungsi psikologis (kognitif dan afektif)
2)
Khusus
a)
Meningkatkan identitias diri
b)
Penyaluran emosi
c)
Meningkatkan keterampilan hubungan
sosial untuk diterapkan sehari-hari.
b.
Tujuan rehabilitatif
1)
Meningkatkan kemampuan ekspresi
diri
2)
Keterampilan sosial
3)
Kepercayaan diri
4)
Kemampuan empati
5)
Meningkatkan pengetahuan tentang
problem-problem kehidupan dan pemecahannya.
2.3.3
Macam-macam Terapi Aktivitas Kelompok
Pada
kumpulan Teori Modalitas Keperawatan Profesional Jiwa Lawang 2003, Terapi
Aktivitas Kelompok dibagi 4 yaitu :
1.
Terapi
Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS)
a.
Adalah
upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah
hubungan sosial.
b.
Tujuan umum klien dapat
meningkatkan hubungan interpersonal dan kelompok secara bertahap.
c. Tujuan khusus:
1)
Klien mampu menyebutkan diri
2)
Klien mampu mengenali jati diri
anggota kelompok
3)
Klien mampu bercakap-cakap dengan
anggota kelompok.
4)
Klien mampu menyampaikan dan
membicarakan topik percakapan
5)
Klien mampu menyampaikan dan
membicarakan masalah pribadi pada orang lain
6)
Klien mampu bekerja sama dalam
permainan sosialisasi kelompok
7)
Klien mampu menyampaikan pendapat
tentang manfaat kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi yang telah
dilakukan.
d. Aktivitas dan Indikasi
Aktivitas TAKS dilakukan 7 sesi yang melatih
kemampuan sosialisasi klien. Klien yang mempunyai indikasi TAKS adalah klien
gangguan hubungan sosial.
1)
Klien menarik diri yang telah
mulai melakukan interaksi interpersonal.
2)
Klien kerusakan komunikasi verbal
yang telah berespon sesuai stimulus.
2.
Terapi
Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
a. adalah
terapi yang menggunakan aktivitas mempersepsikan berbagai stimulus yang terkait
dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau
alternatif penyelesaian masalah.
b. Tujuan Umum
Klien mempunyai
kemampuan menyelesaikan masalah yang dipaparkan padanya dengan tepat.
c. Tujuan Khusus.
1)
Klien dapat mempersepsikan
stimulasi yang dipaparkan kepadanya dengan tepat.
2)
Klien dapat menyelesaikan masalah
yang timbul sesuai dengan stimulus yang dialami.
d. Aktivitas dan Indikasi
Aktivitas dibagi dalam 2 bagian yaitu:
1)
Aktivitas mempersepsikan stimulus
nyata yang ditemui sehari-hari.
1.1
Terapi Aktivitas Kelompok
Stimulasi Persepsi : menonton TV
1.2
Terapi Aktivitas Kelompok
Stimulasi Persepsi : membaca majalah / koran / artikel.
1.3
Terapi Aktivitas Kelompok
Stimulasi Persepsi : gambar
Klien yang mempunyai indikasi Terapi Aktivitas
Kelompok ini adalah :
a. Klien gangguan orientasi realita yang mulai
terkontrol.
b. Klien menarik diri yang telah ikut Terapi
Aktivitas Kelompok Sosialisasi
c. Klien perubahan sensori persepsi.
2)
Aktivitas mempersepsikan stimulus
dan respon yang dialami dalam kehidupan, khususnya klien perilaku kekerasan.
Aktivitas dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan yaitu:
Terapi Aktivitas Kelompok
Stimulasi Persepsi : mengenal kekerasan yang biasa dilakukan (penyebab, tanda
dan gejala, perilaku kekerasan, akibat perilaku kekerasan)
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
Persepsi : mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik
Terapi Aktivitas Kelompok
Stimulasi Persepsi : mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi asertif .
Terapi Aktivitas Kelompok
Stimulasi Persepsi : mencegah perilaku kekerasan melalui kepatuhan makan obat.
Terapi Aktivitas Kelompok
Stimulasi Persepsi : mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan ibadah. Klien
yang mempunyai indikasi Terapi Aktivitas Kelompok ini adalah klien prilaku
kekerasan yang telah kooperatif.
3.
Terapi
Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori
a.
Terapi
Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori adalah Terapi Aktivitas Kelompok yang
diadakan dengan memberikan stimulus tertentu kepada klien sehingga terjadi
perubahan perilaku.
b.
Bentuk stimulus
1) Stimulus suara : musik
2) Stimulus visual : gambar
3) Stimulus gabungan visual dan suara : melihat TV, video
c.
Tujuan
Terapi Aktivitas Kelompok Sensori bertujuan agar klien
mengalami:
1) Peningkatan kepekaan terhadap stimulus
2) Peningkatan kemampuan merasakan keindahan
3) Peningkatan apresiasi terhadap lingkungan
4.
Terapi Aktivitas Kelompok
Orientasi Realitas
Klien diorientasikan pada
kenyataan yang ada di sekitar klien yaitu diri sendiri, orang lain yang ada di
sekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien.
a.
Indikasi Terapi Aktivitas Kelompok
orientasi realita diberikan kepada klien.
1) Klien dengan demensia
2) Klien dengan halusinasi
3) Klien dengan kebingungan
b.
Tujuan
1) Klien mampu mengenal tempat di mana ia berada.
2) Klien mengenal waktu dengan tepat.
3) Klien dapat mengenal orang-orang di sekitarnya dengan tepat.
c.
Kegiatan
Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realitas terdiri 3 sesi pertemuan meliputi:
1) Sesi I : pengenalan orang
Tujuan:
a. Klien mampu mengenal
nama-nama perawat
b. Klien mampu mengenal
nama-nama klien lain
2) Sesi II : pengenalan tempat
Tujuan:
a. Klien mampu mengenal rumah
sakit
b. Klien mampu mengenal nama
ruangan tempat merawat.
c. Klien mampu mengenal kamar
tidur.
d. Klien mampu mengenal tempat
tidur.
e. Klien mengenal ruang
perawat, ruang istirahat, ruang makan, kamar mandi dan WC
3) Sesi III : pengenalan waktu
Tujuan:
a. Klien dapat mengenal waktu
dengan tepat.
b. Klien dapat mengenal
tanggal dengan tepat.
c. Klien dapat mengenal hari
dengan tepat.
d. Klien dapat mengenal tahun
dengan tepat.
2.3.4
Besar Kelompok
Jumlah
anggota kelompok kecil menurut Stuart dan Laraia (2001) adalah 7-10 orang.
Menurut Lancester (1980) adalah 10-12 orang, sedang menurut Rawlins, Williams,
dan Beck (1993) adalah 5-10 orang. (Budi Anna Keliat dan Akemat, 2005 : 4).
2.3.5
Lamanya Sesi
Waktu
optimal untuk 1 sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok yang rendah,
60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi (Stuart dan Laraia, 2001, Budi
Anna Keliat dan Akemat, 2005:4).
2.3.6
Fase dalam Terapi Kelompok Menurut Ann Isaacs, 2005 : 300
1.
Fase orientasi
a.
Perawat harus mengarahkan dan
bersikap aktif dalam menetapkan kontrak jadwal pertemuan, arah, dan tujuan
kelompok.
b.
Perawat harus mendorong terjadinya
komunikasi terbuka dan umpan balik dari semua anggota kelompok.
c.
Perawat harus mendiskusikan dan
membentuk norma-norma perilaku kelompok.
2.
Fase bekerja
a.
Perawat harus menjalankan peran
yang tepat sebagai pemimpin, tergantung pada jenis kelompok.
b.
Perawat harus mendengarkan,
mengobservasi dan memberikan umpan balik terapeutik.
c.
Perawat harus mengomentari
perilaku yang meningkatkan atau menghambat kemajuan kelompok.
d.
Perawat harus mengenali konflik
dalam kelompok dan mendiskusikannya secara terbuka.
e.
Perawat harus mendorong
pembentukan harga diri.
f.
Perawat harus berfokus pada
masalah yang terjadi di sini dan saat ini yang dialami anggota kelompok.
g.
Perawat harus memberikan informasi
yang tepat dalam kelompok pendidikan.
h.
Perawat harus memastikan
partisipasi semua anggota kelompok.
3.
Fase terminasi
a.
Perawat harus menjalankan peran
pendukung dalam membantu anggota kelompok mengidentifikasi dan mendiskusikan
perasaannya tentang terminasi.
b.
Perawat harus mendorong evaluasi
kelompok dan perkembangan individu anggota kelompok.
c.
Perawat harus merujuk mereka yang
kebutuhannya tidak terpenuhi oleh kelompok untuk mendapatkan evaluasi dan
perawatan lebih lanjut.
2.3.7
Evaluasi
1.
Menurut Budi Anna Keliat
Evaluasi dilakukan ketika
proses Terapi Aktivitas Kelompok berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan Terapi Aktivitas
Kelompok.
2.
Menurut Ann Isaacs (2005:300)
a.
Individu anggota kelompok
menunjukkan ketrampilan berkomunikasi.
b.
Individu anggota kelompok
menerapkan keterampilan menyelesaikan masalah dalam hidupnya.
c.
Individu anggota kelompok
melaporkan adanya perbaikan koping dan perilaku.
d.
Individu anggota kelompok
menyatakan cara-cara efektif untuk menatalaksanakan program terapeutik.
3.
Menurut Stuart dan Sundeen
(1998:564)
Evaluasi kelompok mencakup input, proses dan output. Pada input hal yang
perlu di evaluasi adalah tempat dan pengatur ruangan pada proses adalah
bagaimana peran perawat disesuaikan dengan perencanaan, bagaimana pelaksanaan
kegiatan, masalah yang timbul dan cara mengatasinya. Sedangkan output hal yang
perlu dievaluasi adalah prosentase kegiatan berdasarkan prilaku yang diharapkan
dari klien dan prosentase klien yang mengikuti kegiatan.
2.3.8
Peran Perawat dalam Terapi Aktivitas Kelompok
Menurut
Stuart dan Sundeen (1998) adalah sebagai berikut:
a.
Mempersiapkan program Terapi
Aktivitas Kelompok
Sebelum melaksanakan Terapi Aktivitas Kelompok
perawat harus terlebih dahulu membuat proposal. Proposal tersebut akan
dijadikan panduan dalam pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok.
1.
Menentukan tujuan umum dan tujuan
khusus.
2.
Menentukan siapa yang menjadi
leader
3.
Kriteria keanggotaan.
4.
Menentukan proses screening
5.
Persiapan pelaksanaan (menentukan
waktu, tempat, lama session, besarnya kelompok, kondisi ruangan, alat bantu)
6.
Uraian tugas leader, coleader,
fasilitas dan observasi.
7.
Biaya yang dibutuhkan.
b.
Sebagai Leader
1.
Memimpin jalannya Terapi Aktivitas
Kelompok.
2.
Menjelaskan tujuan atau aturan
main Terapi Aktivitas Kelompok.
3.
Menentukan topik yang akan
dibahas.
4.
Menyimpulkan hasil Terapi
Aktivitas Kelompok.
c.
Sebagai Co Leader
1.
Menganalisa
dan mengobservasi pola-pola komunikasi dalam kelompok.
2.
Membantu
kelompok menetapkan tujuan dan membuat peraturan.
3.
Membantu
anggota kelompok untuk menyadari dinamisnya kelompok.
4.
Menjadi
motivator.
5.
Mengarahkan dan memimpin jalannya
TAK bersama leader.
d.
Sebagai Fasilitator
Perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok sebagai
anggota dengan tujuan memberi stimulus pada anggota kelompok lain agar
mengikuti kegiatan sampai selesai.
e.
Sebagai Observer
1.
Mencatat serta mengamati respon
klien.
2.
Mengamati jalannya Terapi
Aktivitas Kelompok.
3.
Mencegah klien yang meninggalkan
Terapi Aktivitas Kelompok tanpa sebab yang pasti.
2.3.9 Prosedur
Pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok
Menurut
Direktorat Kesehatan Jiwa Depkes RI (1998) adalah sebagai berikut :
1.
Klien berkumpul duduk berkeliling.
2.
Leader memperkenalkan diri dan
juga memperkenalkan Co leader.
3.
Mempersilahkan klien
memperkenalkan diri masing-masing secara bergantian jika ada klien yang tidak
bisa memperkenalkan diri maka leader membantu memperkenalkannya.
4.
Leader menjelaskan tujuan,
prosedur dan peraturan/norma Terapi Aktivitas Kelompok.
5.
Menentukan topik masalah yang akan
dibahas dalam kelompok.
6.
Leader menjelaskan bahwa klien
bebas mengungkapkan apa saja sesuai dengan topik yang telah disepakati dan
bebas mengkritik siapa saja termasuk terapis.
7.
Leader mempersilahkan klien untuk
memulai mengungkapkan pendapatnya secara bergantian.
8.
Bila tidak ada klien yang
memulainya maka leader boleh menunjuk salah satu klien untuk memulainya.
9.
Bila ada klien yang tidak mau
berbicara maka fasilitator harus memberi motivasi pada klien.
10.
Leader minta umpan balik kepada
klien yang lain atas apa yang telah dikemukakan oleh klien.
11.
Setiap komentar atau perintah yang
datang dari anggota harus diperhatikan sungguh-sungguh dan diberi tanggapan
yang serius.
12.
Terapis harus banyak bersifat
pasif atau sebagai katalisator.
13.
Bila terjadi blocking
ditengah-tengah berlangsungnya Terapi Aktivitas Kelompok maka leader
membiarkannya sementera, tapi bila blocking terjadi terlalu lama maka leader
dan Co leader berusaha mengatasinya.
14.
Leader menyimpulkan hasil Terapi
Aktivitas Kelompok dan menerima umpan balik kelompok.
15.
Semua jalannya Terapi Aktivitas
Kelompok dicacat untuk di observasi didalam catatan perkembangan.
16.
Evaluasi
(input, proses dan output).
17.
Membuka kontrak baru dengan klien
untuk pertemuan selanjutnya.
18.
Ciptakan situasi terminasi yang
realistis sehingga dapat diterima oleh semua anggota.
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konseptual
Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti
: berpengaruh
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Studi Tingkat
Pengetahuan Perawat Tentang Terapi Aktivitas Kelompok di Ruang Jiwa Rumkital
Dr. Ramelan Surabaya.
BAB 4
METODE PENELITIAN
Metode
penelitian adalah usaha untuk menjawab permasalahan, membuat suatu yang masuk
akal, memakai peraturan dan memprediksikan keadaan dimasa yang akan datang
(Nursalam, 2001:8). Pada bagian ini akan diuraikan mengenai : desain
penelitian, kerangka kerja, variabel penelitian, definisi operasional, populasi
dan sampel penelitian, waktu dan tempat penelitian, pengumpulan data, etika
penelitian dan keterbatasan.
4.1
Jenis Penelitian
Pada penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif
merupakan metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan membuat gambaran atau
deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab
permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang (Notatmojo, 2002:138)
Penelitian ini diukur dengan
menggunakan pendekatan cross sectional,
yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor
resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat (point time
approach). Artinya tiap-tiap subyek penelitian hanya diobservasi sekali dan
pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat
pemeriksaan (Notoadmodjo, 2002:146).
4.2 Waktu dan Tempat
Penelitian
Penelitian ini dilakukan
pada periode 25 Januari s/d 25 Februari 2008 di ruang jiwa Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya.
Kerangka Kerja
Kerangka kerja (Frame work)
adalah suatu tahapan atau bagan-bagan kerja terhadap rancangan kegiatan
penelitian yang akan dilakukan (Hidayat,
|
4.4 Desain Sampling
4.4.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan
dari suatu variabel yang menyangkut masalah yang diteliti (Nursalam, 2001:64).
Populasi adalah suatu generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003:55). Pada
penelitian ini populasinya adalah semua perawat diruang jiwa (Pav VIB, Pav V1C,
dan poli jiwa) Rumkital Dr. Ramelan Surabaya periode 25 Januari s/d 25 Februari
2008 yang berjumlah 30 orang.
4.4.2 Sampel Penelitian
Sampel
adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan menggunakan “sampling” untuk
bisa mewakili populasi (Nursalam, 2001:64). Menurut Sugiyono (2003:56) sampel
adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Pada penelitian ini sampel diambil dari perawat yang ada diruang jiwa
(Pav VIB, Pav VIC dan poliklinik jiwa)
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
4.4.3 Besar Sampel
Dari
jumlah populasi 30 orang perawat, 29 orang diambil sebagai sampel kemudian 1
perawat adalah peneliti sendiri sehingga tidak dimasukkan dalam sampel
penelitian.
4.4.4 Sampling Penelitian
Tehnik
sampling adalah merupakan tehnik pengambilan sampel (Sugiyono, 2003:56).
Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi (Nursalam dan Pariani, 2001:66) pada penelitian ini
menggunakan tehnik “non probability
sampling” yaitu pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan
yang dapat diperhitungkan, tetapi semata-mata hanya berdasarkan kepada
segi-segi kepraktisan belaka. (Soekidjo, 2002:88). Dengan metode sampling jenuh
yaitu tehnik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang
dari 30 orang (Sugiyono, 2003:61).
4.5 Identifikasi Variabel
Variabel adalah suatu ukuran
atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok (orang, benda, situasi)
yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Nursalam & Siti
Pariani, 2001:41).
Variabel
merupakan sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki
atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian
tertentu. (Notoatmojo, 2002:70).
Variabel
pada penelitian ini adalah tingkat pengetahuan perawat tentang terapi aktivitas
kelompok.
4.6
Definisi Operasional
Definisi operasional adalah
unsur penelitian yang menjelaskan
bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel (Setiadi,
2007: 165).
Nursalam dan Siti Pariani
(2001:44) mengatakan variabel yang telah didefinisikan perlu diidentifikasikan
secara operasional, sebab istilah (variabel) dapat diartikan secara
berbeda-beda oleh orang yang berlainan.
Dalam penelitian ini
definisi operasionalnya adalah sebagai berikut : definisi operasional
penelitian studi tingkat pengetahuan perawat tentang terapi aktivitas kelompok
diruang Jiwa Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
Tabel 4.1 Definisi
operasional studi tingkat pengetahuan perawat tentang Terapi Aktivitas Kelompok
diruang Jiwa Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
No
|
Variabel
|
Definisi
operasional
|
Indikator
|
Alat ukur
|
Skala
|
Skor
|
1.
|
Tingkat
pengetahuan perawat tentang TAK
|
Jumlah jawaban benar responden terhadap 20 item pertanyaan
tentang TAK
|
1. Definisi TAK
2. Tujuan TAK
3. Macam-macam TAK
4. Indikasi TAK
5. Peran perawat dalam TAK
6. Prosedur pelaksanaan TAK
|
Kuesioner
|
Ordinal
|
Terdiri dari 20 pertanyaan dengan skor maksimal 100 jika
jawaban benar skor 5 diberi kode 1 jika salah skor o diberi kode o
P = S F x 100%
N
Kriteria penilaian:
76-100% baik (3)
56-<76% cukup (2)
<56% kurang (1)
|
4.7 Pengumpulan Data dan Analisa Data
4.7.1 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner sebagai alat untuk pengumpulan
data.
4.7.2 Pengumpulan Data
Setelah
mendapat ijin dari institusi pendidikan dan kepala Rumkital Dr. Ramelan sebagai tempat
penelitian khususnya diruang jiwa, peneliti mengadakan pendekatan kepada
responden dan peneliti memberikan kuesioner sebagai alat untuk pengumpulan data
sebagai data penelitian dan dengan menyertakan lembar persetujuan untuk menjadi
responden. Kuesioner yang digunakan oleh peneliti yang sudah terstruktur untuk
kemudian diisi oleh responden dan subyek penelitian ini adalah tingkat
pengetahuan perawat tentang Terapi Aktivitas Kelompok.
4.7.3 Analisa Data
Data
dari kuesioner yang telah terkumpul diperiksa ulang untuk mengetahui
kelengkapan isinya. Setelah data terkumpul ditabulasi dan dikelompokkan sesuai
variabel yang diteliti jawaban dari masing-masing kuesioner diklasifikasi,
jawaban benar diberi skor 5 dengan kode 1 dan jawaban salah diberi nilai o,
dengan kode o, kemudian yang benar dijumlahkan dan dibagi dengan skor maksimal
kemudian dikalikan 100% atau menggunakan rumus Ari Kunto (1998:246) sebagai
berikut :
P = S F x 100%
N
Keterangan :
S F = frekuensi jawaban (skor yang didapat)
N = skor maksimal
P = prosentase
Hasil dan pengolahan data dalam bentuk
prosentase dari masing-masing variabel diprosentasikan dengan menggunakan skala
kualitatif: (Arikunto,
1998;246)
Baik : 76%-100 % (16-20 jawaban benar) dengan
kode 3.
Cukup : 56-< 76 % (12-15 jawaban benar) dengan kode 2.
Kurang : < 56 % (< 11 jawaban benar) dengan kode 1
4.8 Etika Penelitian
Dalam
melakukan penelitian mengajukan permohonan ijin kepada Rumkital Dr.Ramelan
untuk mendapatkan persetujuan, kemudian kuesioner diberikan / disampaikan ke
subyek yang akan diteliti dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi :
4.8.1 Lembar Persetujuan Penelitian (Informed Consent)
lembar
persetujuan penelitian ditunjukkan dan dijelaskan kepada perawat jiwa sebagai
responden dengan tujuan responden mengerti maksud dan tujuan penelitian. Jika
responden bersedia untuk diteliti maka responden diminta untuk menanda tangani
lembar persetujuan. Dan jika perawat tidak bersedia sebagai responden peneliti
akan tetap menghormati hak perawat tersebut .
4.8.2 Tanpa nama (Anonimity)
Untuk
menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama
subyek pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh subyek lembar
kuesioner tersebut akan diberi kode tertentu.
4.8.3 Kerahasiaan (Confidentiality)
Semua
informasi yang dibenarkan oleh subyek maupun hasil pengamatan peneliti dijamin
kerahasiaanya.
4.9 Keterbatasan
Dalam
penelitian ini kelemahan atau keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti adalah :
- Kemampuan penelitian masih kurang karena peneliti masih termasuk taraf pemula sehingga hasil dari penelitian masih banyak kekurangan.
- Lembar kuesioner yang digunakan belum diuji cobakan terlebih dahulu untuk mengetahui tiap-tiap item pertanyaan dapat mudah dipahami atau tidak, sehingga kemungkinan terjadi kesalahpahaman dalam memberi jawaban atau persepsi yang salah bisa mengakibatkan jawaban kurang valid.
- Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif, jadi hanya menggambarkan tingkat pengetahuan tanpa memberi hubungan atau perbandingan sehingga hanya berupa gambaran tingkat pengetahuan tanpa mencari faktor pendukung.
BAB 5
|
Pada bab ini akan diuraikan
tentang hasil pengumpulan data dan pembahasan dari instrumen observasi yang
diperoleh pada 25 Januari s/d 25 Februari 2008. Pengumpulan data dilakukan di
Ruang Jiwa Rumkital Dr.
Ramelan Surabaya dengan jumlah 30 perawat yang menjadi responden adalah 29
perawat sedangkan 1 perawat adalah peneliti sendiri, sehingga tidak dijadikan
sebagai responden. Penyajian hasil penelitian ini meliputi data umum yang
terdiri dari karakteristik responden (jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
umur dan masa kerja). Sedangkan data khusus dalam penelitian ini meliputi tingkat
pengetahuan perawat tentang TAK di Ruang Jiwa Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
5.1
Hasil Penelitian
5.1.1
Gambaran Umum Tempat Penelitian
Rumkital Dr. Ramelan
merupakan rumah sakit pemerintah tipe A yang didirikan pada tanggal 7-8-1950
yang terletak di jalan Gadung no. 1 Surabaya.
Adapun moto, visi dan bagian
tujuan Rumkital Dr. Ramelan Surabaya adalah sebagai berikut :
Motto : Satukan tekad sehatkan
prajurit agar siap bertugas, satukan tekad berikan layanan terbaik (terpercaya,
efisien, ramah ,berkualitas, akurat, inovatif, komunikatif).
Visi : Rumah sakit pilihan bagi TNI dan masyarakat umum
|
Tujuan :
1.
Pelayanan kesehatan menyeluruh dan
bermutu tinggi yang berorientasi pada keputusan penderita.
2.
Dukungan kesehatan pada operasi
militer.
3.
Dukungan dibidang pendidikan dan
kesehatan masyarakat,
Penelitian ini dilakukan di
ruangan jiwa Departemen Saware Rumkital Dr. Ramelan Surabaya dimana
terdiri dari ruangan Pav VI B, Pav VI C dan Poliklinik jiwa. Dengan jumlah
perawat 30 orang yang terdiri dari 15 perawat lulusan DIII Akper, 13 perawat
lulusan SPK, dan 2 perawat lulusan SPR. Di Ruang Jiwa masih jarang dilakukan
TAK karena tidak semua perawat mempunyai kesempatan untuk mengikuti pelatihan
atau seminar tentang TAK, tapi di Ruang Jiwa sarananya sangat mendukung untuk
dilakukan TAK. Hal ini dibuktikan dengan adanya audio visual misalnya TV, VCD,
peralatan olah raga misalnya tenis meja.
5.1.2.
Data Umum
1. Jenis Kelamin
Berdasarkan diagram dapat
diketahui bahwa dari 29 responden didapatkan bahwa jenis kelamin responden
laki-laki 13 responden (44.8%) dan perempuan 16 responden (55,2%)
1.
Karakteristik Responden
berdasarkan usia
Gambar 5.2. Diagram pie karakteristik responden berdasarkan
usia di Ruang Jiwa Rumkital Dr. Ramelan Surabaya pada tanggal 25 Januari s/d 25
Februari 2008
Berdasarkan diagram dapat
diketahui bahwa dari 29 responden didapatkan usia responden yang 20-30 tahun
sebanyak 8 responden (27.6%), 31-40 tahun sebanyak 18 responden (62.1%), 41-50
tahun sebanyak 2 (3%).
Gambar 5.3. Diagram pie karakteristik responden
berdasarkan pendidikan di Ruang Jiwa Rumkital
Dr. Ramelan Surabaya pada tanggal 25 Januari s/d 25 Februari 2008
Berdasarkan diagram dapat
diketahui bahwa dari 29 responden didapatkan pendidikan SPR sebanyak 2
responden (6.9%), SPK 12 (41.4%), DIII Keperawatan 15 responden (51.7%).
4.
Karakteristik responden berdasarkan pengalaman kerja
Berdasarkan diagram dapat
diketahui bahwa dari 29 responden didapatkan responden dengan pengalaman kerja
< 5 tahun sebanyak 7 responden (24.1%), 6–10 tahun sebanyak 10
responden (34.5%), > 11 tahun 12 responden (41.4%).
5. Karakteristik responden berdasarkan penghasilan
Berdasarkan diagram dapat
diketahui bahwa dari 29 responden didapatkan responden dengan penghasilan <
500.000 sebanyak 0 ( 0 %), 500.000 –
1.000.000 sebanyak 10 responden (34.5%), > 1.000.000 sebanyak 19 responden (65.5%).
5.1.3.
Data Khusus
1.
Pengetahuan
Gambar 5.6. Diagram pie karakteristik responden
berdasarkan pengetahuan di Ruang Jiwa Rumkital
Dr. Ramelan Surabaya pada tanggal 25 Januari s/d 25 Februari 2008
Berdasarkan diagram dapat
diketahui pengetahuan perawat tentang terapi aktivitas kelompok berlangsung
dalam kategori kurang 4 responden (13.8%), cukup sebanyak 18 responden (62.1%),
baik sebanyak 7 responden (24.1%).
5.2.
Pembahasan
Penelitian populasi yang
dilakukan pada perawat Ruang Jiwa dan Poliklinik Jiwa Rumkital Dr. Ramelan
dengan jumlah populasi 30 perawat didapatkan 29 perawat bersedia menjadi
responden karena 1 perawat adalah peneliti. Dari 29 responden didapatkan hasil
responden dengan tingkat pengetahuan cukup berjumlah 18 perawat (62,1%),
tingkat pengetahuan baik berjumlah 7 perawat (24,1%), sedangkan responden yang
mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang berjumlah 4 perawat (13,8%). Hal ini
dapat menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan perawat tentang TAK di Ruang Jiwa Rumkital
Dr. Ramelan Surabaya dalam kategori cukup karena jumlahnya melebihi 50% tetapi
masih ada tingkat pengetahuan perawat yang kurang.
Dari hasil penelitian
responden yang memiliki pengetahuan cukup adalah 18 responden dengan latar
belakang pendidikan DIII keperawatan 8 responden (44,5%). Hal ini kemungkinan
terjadi karena responden kurang berpengalaman atau belum pernah memberikan TAK,
responden kurang memahami teori yang didapatkan tentang TAK sehingga responden
tidak dapat mengaplikasikan teori yang didapat karena responden masih dalam
tingkat pengetahuan tahu (know)
dimana tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah (Soekidjo, 2007 :
140). Selain latar belakang DIII Keperawatan didapatkan 10 responden dengan
latar belakang SPK (55,6%) dengan rata-rata pengalaman kerja diatas 5 tahun,
dengan usia rata-rata diatas 30 tahun. Hal tersebut dapat terjadi karena responden
aktif dalam mencari informasi misalnya dengan membaca buku tentang TAK meskipun
dalam pendidikan responden tidak mendapatkan teori tentang TAK. Responden juga
mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan instansi lain. Selain itu pengetahuan
juga dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu diantaranya usia dan
pengalaman, usia merupakan tingkat kedewasaan seseorang, semakin bertambah usia
seseorang maka pengetahuan bertambah karena pengetahuan yang mereka dapatkan
bukan berasal dari lingkungan, tingkat pendidikan, tetapi pengalaman mereka
dalam menghadapi realita kehidupan yang menuju kematangan pikiran (Nursalam,
2003:188).
Sedangkan responden yang
memiliki pengetahuan yang baik tentang TAK berjumlah 7 perawat, dengan latar
belakang pendidikan DIII Keperawatan. hal ini dapat terjadi karena pada umumnya
semakin tinggi pendidikan maka akan semakin baik pula pengetahuannya.
Pengetahuan itu sendiri merupakan
kemampuan seseorang untuk mengingat fakta, simbol, prosedur, tehnik dan
teori (Nursalam dan Siti pariani, 2001:163).
Dari hasil penelitian 4
responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang didapatkan memiliki
pendidikan SPK 2 responden (50%) dan pendidikan SPR 2 responden (50%). Hal ini
bisa terjadi karena responden mempunyai pendidikan SPK atau SPR dimana dalam
kurikulum pendidikan tidak ada teori tentang TAK atau responden tidak mau
meningkatkan pendidikan, atau responden kurang aktif dalam mencari informasi. Pengetahuan
sangat erat kaitannya dengan pendidikan, dengan pendidikan diharapkan seseorang
tersebut makin luas pengetahuannya (Nursalam dan Siti Pariani, 2001:133).
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka makin mudah individu tersebut untuk menerima
informasi sehingga pengetahuan yang dimiliki individu semakin bertambah, tetapi
perlu ditekankan bahwa bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak
memiliki pengetahuan rendah pula (Effendy, 1998:28).
BAB 6
PENUTUP
Pada
peneliti akan menyajikan simpulan dan saran berdasarkan dari hasil pembahasan
dengan judul studi Tingkat Pengetahuan perawat tentang terapi aktifitas
kelompok diruang jiwa Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
6.1
Simpulan
Berdasarkan
analisa pengumpulan data dalam penelitian yang telah dilakukan peneliti pada
tanggal 25 Januari s/d 25 Februari 2008 maka didapatkan atau dapat disimpulkan
bahwa tingkat pengetahuan perawat tentang terapi aktivitas kelompok diruang
jiwa rumkital Dr. Ramelan Surabaya mayoritas memiliki tingkat pengetahuan yang
cukup.
6.2
Saran
1.
Bagi peneliti diharapkan
penelitian ini dapat memberikan informasi dan bahan pertimbangan untuk
penelitian tentang TAK diruang jiwa Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. Mohon
peneliti selanjutnya mengadakan penelitian tentang pengaruh TAK bagi pasien
jiwa.
2.
Bagi perawat diharapkan dengan
penelitian ini dapat memperoleh gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang TAK
diruang jiwa, mohon dapatnya pemberian pelatihan-pelatihan kepada perawat jiwa.
3.
|
DAFTAR PUSTAKA
Ali Zaidin, (2002). Dasar-dasar Keperawatan Profesional,
Jakarta:EGC
Ari Kunto Suharsini, (1998).
Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:Rineka Cipta.
DEPKES RI: Direktorat
Kesehatan Jiwa (1998). Petunjuk Teknis Terapi Aktivitas Kelompok
Pasien Mental di Rumah Sakit:Jakarta.
Gunawan, Ari. (2000). Sosiologi Pendidikan, Jakarta:Rineka
Cipta.
Hidayat, Azis dan Musrifatul
Uliyah. (2003). Riset Keperawatan Profesional, Jakarta:Widya Medika.
Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik,
Jakarta:EGC.
____________ (2003). Makalah
Pelatihan Nasional Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa, RSJP Lawang.
Kusnanto. (2004). Pengantar Profesi
dan Praktek Keparawatan Profesional,
jakarta:EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo.
(2002). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta:Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo.
(2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta:Rineka Cipta.
Nursalam dan Siti Pariani.
(2001). Pendekatan praktis Metodologi Riset Keperawatan, CV Info
Media.
Setiadi.(2007).Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan,
Jogyakarta:Graha Ilmu.
Severin, J Werner. (2005). Teori
Komunikasi Sejarah Metode Dan Terapan Dala Media Massa. Jakarta: Prenada Media.
Stuart GW dan Laraia MT. (1998).
Principles
dan practice Of Psychiatric Nursing 6 th ed, st Louis : Mosby.
Stuart dan Sundeen, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa,
Jakarta:EGC.
Sugiyono, (2003) Statistika Untuk Penelitian,
Bandung:CV Alpabeta.
Susanna, Sarka Ade Et all.
(2007). Terapi Modalitas dalam Keperawatan Jiwa, Jogyakarta:Mitra
Cendika.
Lampiran
3
LEMBAR KUESIONER
Judul Penelitian : Studi
Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Terapi Aktivitas Kelompok di ruang Jiwa
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
No. Kode Responden :
Petunjuk
Pengisian
- Bacalah setiap pertanyaan pada kuesioner dengan teliti dan benar.
- Jawablah pada kolom yang tersedia dengan cara memberi tanda ( X ) pada kotak sebelah kiri.
A. Data Umum Responden Kode
Diisi Petugas
1.
Umur anda
1. 20-30 tahun
2. 31-40 tahun
3. 41-50 tahun
2.
Jenis kelamin
1. laki-laki
2. perempuan
3.
Pendidikan terakhir
1. SPR
2. SPK
3. Akper
4.
Lama bekerja di Ruang
Jiwa
1. < 5 tahun
2. 6-10 tahun
3. > 11 tahun
5.
Penghasilan
1. < 500.000
2. 500.000 – 1.000.000
3. > 1.000.000
B.
Pertanyaan Pengetahuan Perawat Tentang Terapi Aktivitas Kelompok.
1.
Suatu upaya untuk memfasilitasi
psikoterapi terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan
meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota disebut :
a.
Kelompok
b.
Terapi Aktivitas Kelompok
c.
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
d.
Terapi modalitas
2.
Aktivitas yang digunakan dalam
Terapi Aktivitas Kelompok dapat berupa :
a.
Membaca puisi
b.
Seni musik
c.
Menari
d. Jawaban
a, b, dan c benar
3.
Terapi
kelompok mempunyai tujuan terapeutik antara lain :
a.
Kepercayaan diri
b.
Ketrampilan sosial
c.
Penyaluran emosi
d.
Kemampuan empati
4.
Terapi kelompok juga mempunyai
tujuan rehabilitatif yaitu :
a.
Meningkatkan identitas
diri
b.
Meningkatkan kemampuan ekspresi diri
c.
Penyaluran emosi
d.
Meningkat ketrampilan hubungan
sosial untuk diterapkan sehari-hari.
5.
Tujuan khusus terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi pada sesi ke-3 adalah :
a.
Klien mampu menyebutkan
diri
b.
Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
c.
Klien mampu menyampaikan dan
membicarakan topik percakapan
d.
Klien mampu bekerja sama dalam
permainan sosialisasi kelompok
6.
Tujuan khusus dari
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi yaitu:
a.
Klien mempunyai kemampuan
menyelesaikan masalah yang dipaparkan padanya.
b.
Klien dapat mempersepsikan
stimulasi yang dipaparkan padanya dengan tepat.
c.
Klien dapat menyelesaikan masalah
yang timbul sesuai dengan stimulus yang dialami
d.
Jawaban b dan c benar.
7.
Tujuan dari Terapi
Aktivitas Kelompok Sensori yaitu agar klien mengalami dibawah ini kecuali
a.
Peningkatan kepekaan terhadap
stimulus
b.
Peningkatan kemampuan merasakan
keindahan
c.
Peningkatan apresiasi terhadap
lingkungan
d.
Klien mampu mengenal tempat dimana ia berada
8.
Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok
Orientasi Realitas adalah :
a.
Klien mampu mengenal
tempat dimana ia berada
b.
Klien mengenal waktu dengan tepat
c.
Klien dapat mengenal orang-orang
disekitarnya dengan tepat
d.
Semua jawaban diatas benar
9.
Terapi
aktivitas kelompok dibagi dalam beberapa macam :
a.
2
b.
3
c.
4
d.
5
10. Terapi yang menggunakan
aktivitas mempersepsikan berbagai stimulus yang terkait dengan pengalaman atau
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok disebut :
a.
Terapi Aktivitas Kelompok
Orientasi Realitas
b.
Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi
c.
Terapi Aktivitas Kelompok
Stimulasi Sensori
d.
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
11. Aktivitas pada Terapi
Aktivitas Kelompok Sosialisasi dibagi dalam berapa sesi :
a.
4
b.
5
c.
6
d.
7
12.
Indikasi
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi yaitu :
a.
Klien kerusakan
komunikasi verbal yang belum berespon sesuai stimulus
b.
Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal
c.
Klien gangguan orientasi realita
yang mulai terkontrol
d.
Klien kerusakan komunikasi verbal
dan nonverbal
13. Indikasi Terapi
Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi dibawah ini kecuali :
a.
Klien gangguan orientasi realita
yang mulai terkontrol
b.
Klien menarik diri yang telah ikut
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
c.
Klien perubahan sensori persepsi
d.
Klien dengan halusinasi
14. Indikasi Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realitas adalah :
a.
Klien dengan dimensia
b.
Klien dengan kebingungan
c.
Klien dengan halusinasi
d. Jawaban
a, b dan c benar
15. Klien
perilaku kekerasan yang telah kooperatif sebaiknya diberi Terapi Aktivitas
Kelompok stimulasi persepsi :
a.
Mengenal kekerasan yang biasa
dilakukan
b.
Mencegah perilaku
kekerasan melalui kegiatan fisik
c.
Mencegah
perilaku kekerasan melalui kepatuhan minum obat
d.
Mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan ibadah
16. Peran perawat dalam Terapi Aktivitas Kelompok dibawah ini kecuali :
a.
Sebagai leader
b.
Sebagai pembimbing
c.
Sebagai co leader
d.
Sebagai fasilitator
17. Tugas
perawat sebagai leader yaitu :
a.
Menentukan proses screning
b.
Membantu kelompok menetapkan
tujuan dan membuat peraturan
c.
Menentukan topik yang akan dibahas
d.
Menjadi motivator
18. Tugas
perawat sebagai co leader yaitu :
a.
Mencatat serta mengamati respon
klien
b.
Mengamati
jalannya terapi aktivitas kelompok
c.
Menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi dalam kelompok
d.
Mencegah klien yang meningggalkan
Terapi Aktivitas Kelompok tanpa sebab yang pasti
19. Dalam prosedur
pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok seorang terapis harus bersifat :
a.
Pasif
b.
Aktif
c.
Katalisator
d.
Jawaban a dan c benar
20. Prosedur pelaksanaan
Terapi Aktivitas Kelompok menurut Direktorat Kesehatan Jiwa DEPKES RI 1998 dibawah
ini kecuali :
a.
Klien berkumpul duduk berkeliling
b.
Leader memperkenalkan diri dan
juga memperkenalkan co leader
c.
Mementukan topik masalah yang akan
dibahas dalam kelompok
d.
Semua jawaban diatas salah
HASIL TABULASI DATA UMUM TINGKAT PENGETAHUAN RESPONDEN TENTANG
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
DI RUANG JIWA RUMKITALDr. RAMELAN SURABAYA
No
|
DATA
PENGETAHUAN
|
Data
khusus
|
||||
Usia
|
Jenis
kelamin
|
Pendidikan
|
Lama
bekerja
|
Penghasilan
|
Pengetahuan
|
|
1
|
2
|
1
|
3
|
2
|
3
|
3
|
2
|
2
|
2
|
3
|
1
|
3
|
2
|
3
|
2
|
1
|
3
|
3
|
3
|
3
|
4
|
2
|
1
|
2
|
2
|
3
|
2
|
5
|
2
|
2
|
2
|
3
|
3
|
2
|
6
|
2
|
1
|
2
|
3
|
3
|
2
|
7
|
2
|
2
|
2
|
3
|
3
|
2
|
8
|
2
|
1
|
3
|
2
|
3
|
3
|
9
|
2
|
2
|
3
|
2
|
2
|
2
|
10
|
2
|
1
|
2
|
2
|
3
|
1
|
11
|
2
|
1
|
2
|
2
|
3
|
2
|
12
|
3
|
1
|
1
|
3
|
3
|
1
|
13
|
2
|
1
|
3
|
3
|
3
|
2
|
14
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
2
|
15
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
2
|
16
|
2
|
1
|
2
|
3
|
3
|
2
|
17
|
3
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
18
|
2
|
1
|
3
|
3
|
3
|
3
|
19
|
2
|
1
|
2
|
3
|
3
|
2
|
20
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
21
|
1
|
2
|
3
|
2
|
2
|
2
|
22
|
2
|
1
|
2
|
2
|
2
|
2
|
23
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
2
|
24
|
1
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
25
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
2
|
26
|
2
|
2
|
2
|
1
|
2
|
2
|
27
|
1
|
2
|
3
|
2
|
2
|
3
|
28
|
1
|
2
|
2
|
1
|
2
|
1
|
29
|
3
|
2
|
1
|
3
|
3
|
1
|
Keterangan :
= kode jenis
kelamin Pengetahuan Pengalaman kerja
laki-laki
: 1 kurang : 1 < 5 tahun : 1
perempuan
: 2 cukup 2 : 2 6 tahun- 10 tahun : 2
baik
: 3 > 11 tahun :
3
Usia Pendidikan
Penghasilan
20-30 tahun : 1 SPR : 1 <
500.000 : 1
31-40 tahun : 2 SPK : 2 500.000-1.000.000
: 2
41-50 tahun : 3 Akper : 3 >
1.000.000 : 2
HASIL TABULASI DATA NILAI DAN SKOR RESPONDEN
TENTANG TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK DI RUANG JIWA RUMKITAL
Dr. RAMELAN SURABAYA
No
|
NOMOR
PERTANYAAN
|
Skor
|
Persentase
|
Kode
|
|||||||||||||||||||
Res
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
18
|
19
|
20
|
|||
1
|
5
|
5
|
5
|
0
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
0
|
0
|
5
|
0
|
5
|
5
|
80
|
80
|
3
|
2
|
5
|
5
|
0
|
0
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
0
|
5
|
0
|
0
|
5
|
0
|
5
|
5
|
70
|
70
|
2
|
3
|
5
|
5
|
5
|
0
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
0
|
0
|
0
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
80
|
80
|
3
|
4
|
5
|
5
|
0
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
0
|
5
|
0
|
0
|
5
|
0
|
5
|
5
|
75
|
75
|
2
|
5
|
5
|
5
|
5
|
0
|
5
|
0
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
0
|
5
|
5
|
5
|
0
|
0
|
5
|
5
|
75
|
75
|
2
|
6
|
5
|
5
|
0
|
0
|
5
|
5
|
0
|
5
|
5
|
0
|
5
|
5
|
0
|
5
|
0
|
5
|
5
|
0
|
5
|
5
|
65
|
65
|
2
|
7
|
5
|
5
|
0
|
0
|
5
|
5
|
0
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
0
|
5
|
5
|
5
|
5
|
0
|
5
|
5
|
75
|
75
|
2
|
8
|
5
|
5
|
0
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
0
|
0
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
0
|
5
|
5
|
5
|
80
|
80
|
3
|
9
|
5
|
5
|
0
|
0
|
0
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
0
|
5
|
5
|
5
|
0
|
5
|
5
|
5
|
75
|
75
|
2
|
10
|
5
|
0
|
0
|
0
|
5
|
5
|
5
|
0
|
5
|
0
|
5
|
5
|
0
|
5
|
0
|
5
|
0
|
0
|
5
|
5
|
55
|
55
|
1
|
11
|
5
|
5
|
0
|
0
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
0
|
5
|
0
|
5
|
5
|
5
|
0
|
5
|
5
|
5
|
75
|
75
|
2
|
12
|
5
|
5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
5
|
5
|
0
|
0
|
5
|
0
|
0
|
5
|
0
|
0
|
5
|
0
|
5
|
5
|
45
|
45
|
1
|
13
|
5
|
5
|
0
|
0
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
0
|
5
|
0
|
5
|
0
|
5
|
5
|
5
|
75
|
75
|
2
|
14
|
5
|
5
|
0
|
0
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
0
|
0
|
0
|
5
|
0
|
5
|
5
|
65
|
65
|
2
|
15
|
5
|
5
|
0
|
0
|
5
|
0
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
0
|
5
|
0
|
0
|
5
|
0
|
5
|
5
|
65
|
65
|
2
|
16
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
0
|
0
|
5
|
5
|
0
|
0
|
5
|
5
|
0
|
0
|
5
|
5
|
70
|
70
|
2
|
17
|
5
|
5
|
0
|
0
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
0
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
85
|
85
|
3
|
18
|
5
|
5
|
0
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
0
|
5
|
5
|
90
|
90
|
3
|
19
|
5
|
5
|
0
|
0
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
0
|
5
|
0
|
5
|
5
|
0
|
5
|
5
|
70
|
70
|
2
|
20
|
5
|
5
|
5
|
0
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
0
|
0
|
0
|
5
|
5
|
80
|
80
|
3
|
21
|
5
|
5
|
0
|
0
|
5
|
0
|
0
|
5
|
5
|
5
|
5
|
0
|
5
|
5
|
5
|
0
|
5
|
5
|
5
|
5
|
75
|
75
|
2
|
22
|
5
|
5
|
0
|
0
|
5
|
0
|
0
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
0
|
0
|
5
|
5
|
70
|
70
|
2
|
23
|
5
|
5
|
5
|
0
|
5
|
5
|
0
|
5
|
5
|
5
|
5
|
0
|
5
|
5
|
0
|
5
|
0
|
0
|
5
|
5
|
70
|
70
|
2
|
24
|
5
|
5
|
0
|
0
|
5
|
0
|
5
|
5
|
5
|
0
|
5
|
5
|
0
|
5
|
5
|
0
|
5
|
5
|
5
|
5
|
70
|
70
|
2
|
25
|
5
|
5
|
0
|
0
|
5
|
0
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
0
|
5
|
0
|
0
|
5
|
5
|
70
|
70
|
2
|
26
|
5
|
5
|
0
|
0
|
5
|
0
|
5
|
5
|
5
|
5
|
0
|
5
|
5
|
5
|
0
|
5
|
0
|
5
|
5
|
70
|
70
|
2
|
|
27
|
5
|
5
|
0
|
0
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
0
|
5
|
5
|
5
|
5
|
0
|
5
|
0
|
5
|
5
|
80
|
80
|
3
|
28
|
5
|
5
|
0
|
0
|
5
|
0
|
5
|
0
|
5
|
5
|
0
|
5
|
0
|
5
|
0
|
0
|
5
|
0
|
5
|
5
|
55
|
55
|
1
|
29
|
5
|
5
|
0
|
0
|
5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
5
|
5
|
0
|
5
|
0
|
5
|
0
|
0
|
5
|
5
|
45
|
45
|
1
|
Keterangan :
Pertanyaan : Kode
:
(1) Jawaban Benar nilai
5 kode 1 kurang
: 1
(2) jawaban salah
nilai 0 kode 0 cukup : 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar